Senin, 27 Juni 2011

Didera Penyesalan



Allah SWT akan selalu membuka pintu maaf bagi umatnya, kapanpun dan di manapun yang terpenting yang bersangkutan menyesali perbuatan dan bertobat. Tapi bila permintaan maaf untuk orang lain yang belum sempat terucap dan orang yang dimaksud telah tiada akan meninggalkan penyesalan yang mendalam. Inilah yang dirasakan Asti dalam penuturannya kepada penulis.

Perasaanku sedikit tenang saat suami mengijinkan untuk menjadi TKW ke Taiwan. Namun aku selalu perhatikan sikapnya yang nampak kurang begitu percaya padaku. Tapi aku maklum, karena krisis kepercayaan baru saja melanda rumah tangga kami. Aku yang salah! Ya…. Aku akui aku ini bukanlah seorang istri yang baik!
Aku membuka usaha kios sepatu di sebuah pasar daerah Jogja, usahaku sangat laris, sehingga kios akulah yang paling sering disetori oleh Karman yang biasa suplai sepatu ke kios-kios pasar. Mungkin tresno njalaran seko kulino, hingga aku dan Karman menjalin hubungan yang tidak semestinya kami lakukan.

Tapi sikap kami rupanya dicurigai para tetangga yang ada di pasar, hingga kabar hubunganku dengan Karman sampai juga ke telinga suamiku, pertengkaran dengan suami tidak bisa dielakkan lagi. Aku mengenal Mas Pri, suami penyabar tapi baru kali ini aku melihatnya marah. Aku memeberi alasan kepada suami, kalau aku sama Karman hanya berteman saja, karena sepatu yang aku order dari Karman bisa aku hutang dulu. Karena uang dari hasil penjualan sepatu aku pakai untuk keperluan lain.
Rupanya alasanku tidak meredakan emosi suamiku. Setelah aku menjauh dari Karman, secara otomatis aku harus mencari uang untuk membayar hutang yang jumlahnya puluhan juta rupiah.

Jadilah aku seorang TKW di Taiwan, kerjaanku hanya mengurus kakek dan nenek di daerah Hualien, selain tidak ada hari libur, nenek yang aku jaga super cerewet, uang gajiku yang seharusnya aku terima tiap bulan ditahan majikanku (anak nenek) yang tinggal di Taipei. Dari gaji aku hanya diberi 1000nt (Rp. 300.000) tiap bulan. Kadang bila kurang terpaksa hutang dulu sama teman, dalam kebingungan itulah aku berkenalan dengan orang Taiwan sebut saja namanya Ape. Usianya tidak muda lagi tapi dia baik hati, apa yang aku minta dia belikan termasuk pulsa, pikiran kotorku berkerja, aku ke Taiwan ingin mengumpulkan uang jadi aku tidak akan mengambil uang gajiku dari majikan dan aku akan selalu meminta dengan Ape.

Hampir 2 tahun aku kerja menjaga nenek, 1 tahun sudah aku berhubungan dengan Ape. Sepandai-pandainya menyembuyikan bangkai akhirnya ketahuan juga, aku dimarah majikan karena mengetahui hubunganku dengan Ape yang masih tetangga majikan. Dan aku langsung dibawa anak nenek yang tinggal di daerah Taipei.

Karena terlanjur kejelekanku diketahui majikan, akhirnya aku beranikan diri meminta semua gaji dan uang yang belum diberikannya padaku, dan majikan memberikannya walau aku dimarahi dan diancam akan dipulangkan. Dengan berbagai cara aku hubungi teman-teman yang ada di daerah Taipei, dengan bantuan seorang teman aku nekat melarikan diri dari rumah majikan yang kemudian membawaku ke daerah Taichung.

Dari sini petualangnku dimulai, selama 5 bulan menjadi kaburan aku sudah 5 kali ganti majikan, memasuki bulan ke-6 aku diajak membantu rumah makan khusus untuk orang-orang di karaoke, di tempat ini juga aku berkenalan dengan orang Taiwan, sebut saja namanya Rudy.

Hari itu sehabis berkaroke Rudy nampak mabuk, waktu aku usulkan untuk diantar pulang oleh taxi dia menolaknya, lalu aku memapah Rudy masuk kembali, dan kubirkan dia tertidur di sofa, namun saat aku akan masuk dalam kamarku Rudy telah mengikutiku. Dan akhirnya malam itu menjadi malam pertama tidur berdua yang berlanjut ke malam-malam berikutnya. Aku tidak bisa memastikan Rudy suka atau tidak denganku yang pasti aku merasa ada yang melindungi dan segala kebutuhanku tercukupi jadi gaji yang ku terima setiap bulan bisa ku kirim ke anakku di rumah.

Lima bulan aku menjadi teman kencan Rudy, hingga suatu hari aku kedatangan seorang tamu wanita yang membawa anak kecil, tanpa bertanya lagi wanita tersebut melabrakku dengan kata-kata yang tidak enak didengar, dari pembicaraannya dengan majikanku (yang punya tempat karaoke) ternyata aku baru tahu kalau wanita tersebut istrinya Rudy. Sebelum pergi istri Rudy mengancam kalau aku tidak menjauh dari suaminya dia tidak akan segan-segan lapor polisi. Lalau aku dengan terpaksa meniggalkan pekerjaanku.

Disaat aku memerlukan pekerjaan akhirnya dikenalkan dengan rumah makan kepunyaan orang Indonesia, di sini tugasku menyiapkan semua bahan masakan yang akan dimasak untuk para pekerja kantor. Selain rumah makan majikanku punya toko yang menjual barang-barang Indonesia. Walau badan capek namun aku kerasan karena majikanku baik, dan aku akan putuskan jika uangku sudah cukup akan segera menyerahkan diri ke polisi untuk pulang kampung.

Namun rupanya manusia boleh berencana, Allah yang menentukan segalanya, suatu malam aku di-sms anakku, mengabari kalau ayahnya masuk rumah sakit karena sakit mendadak, dan dirawat di ICU. Hatiku menjadi gelisah, aku ingin bicara dengan suami tapi dia sudah tidak sanggup bicara lagi, hanya bisa mendengar suaraku dan menangis sejadi-jadinya. Hatiku semakin sedih perasaan bersalah serasa menggunung dalam dadaku.

Hari itu perasaanku tidak enak, dugaanku tidak meleset marena adikku telpon kalau suamiku telah tiada, waktu itu aku hanya bisa menangis karena kesalahan yang pernah aku lakukan seakan ada dihadapan mataku. Aku benar-benar ingin meminta maaf atas dosa-dosaku terhadap suami. Hari itu juga aku bilang ke majikan kalau aku ingin segera pulang kampung, demi menggantikan tugasnya menjaga anak-anakku.
Akhirnya aku putuskan menyerahkan diri ke kantor polisi.

Asti hanya bisa pasrah, 10 hari sudah suaminya meninggal. Tidak ada air mata yang keluar lagi saat menceritakan kisahnya dengan penulis.
“Walau aku nangis air mata darah pun tidak akan bisa menebus kesalahanku pada suami, aku hanya bisa berdo’a untuk dia.” Ujar Asti dengan nada penyesalan. Dan kini Asti berada di sel tahanan Sinchu untuk proses pulang kampung.

Melihat keadaannya, penulis merasa kasihan, dengan sisa uang yang ada penulis belikan dia segala keperluan selama menunggu di tahanan, dari uang makan juga pulsa. Penulis juga mencoba menghubungi orang KDEI dan ketua Shelter. Dua minggu kemudian perasaan menjadi lega, karena dapat kabar dari KDEI bahwa Asti akan segera dipulangkan ke tanah air.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar