Rabu, 29 Juni 2011

Dapatkan Uang dari Menulis Profil!




REP | 29 June 2011 | 14:50

 Ngangkut dari: http://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2011/06/29/dapatkan-uang-dari-menulis-profil/

Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh kompasianer mendapatkan uang dari menulis adalah membuat buku biografi para tokoh yang ada didaerah atau diwilayahnya masing-masing. Saya pernah melakukan itu, saat menerbitkan buku “Jejak Langkah Orang Musirawas dan Lubuklinggau.” Buku ini, terinspirasi dari kumpulan biograpi Apa dan Siapa orang Jogja. Namun, saya dibuat dalam konteks tokoh-tokoh local yang jumlahnya saat itu mencapai 80 orang.

Dengan tim kecil sebanyak 4 orang buku tersebut bisa diselesaikan kurang dari setahun. Kok lama? Ya memang saat itu, hal-hal teknis diluar dugaan sering terjadi. Apalagi, narasumber yang berada diluar daerah. Kita terpaksa, harus menunggu konfirmasi naskah dari narasumber sampai satu bulan sejak naskah tersebut ditulis, Selain itu, masing-masing tim memiliki pekerjaan pokok masing-masing.

Buku ini merupakan kumpulan dari berbagai macam profesi seperti pejabat, guru, advokat, hakim, jaksa, NGO, baik yang ada didaerah, maupun tokoh-tokoh nasional yang berasal dari Musirawas dan Lubuklinggau. Nah, mungkin kompasianer ada yang tertarik dengan apa yang sudah saya dan tim lakukan. Berikut beberapa langkah yang harus dilakukan.

1. Buat tim kecil

Tim kecil ini mendiskusikan rencana penulisan biografi yang ingin disusun. Siapa orangnya? Apa kriterianya? Berapa jumlah tokoh yang akan ditulis? Buatlah kriteria yang objektif, dan tidak menimbulkan polemik saat buku terbit kelak, sehingga meragukan ketokohan orang yang ingin kita tulis Diusahakan, dalam buku itu, merefresentasikan keahlian masing-masing tokoh. Lalu, dalam membuat tim kecil, juga harus ada job description yang jelas. Misalkan, siapa yang bertugas sebagai reporter untuk mewawancarai para tokoh, penyunting naskah, editing, sekaligus layouter. Setelah selesai tahapan ini, dibuat rumusan-rumusan taktis dan strategis secara tertulis dan disepakati oleh seluruh tim yang dituangkan dalam proposal.

2. Buatkan proposal

Proposal ini sangat penting agar para tokoh bisa mengetahui maksud dan tujuan secara jelas, termasuk schedule dan tahapan yang akan dilalui selama proses penulisan. Proposal itu terdiri dari: pengantar, maksud dan tujuan, profil tokoh yang akan ditampilkan, waktu penulisan, orang-orang yang akan diwawancarai, sampai buku tersebut diterbitkan. Termasuk juga, karena ini kumpulan para tokoh dibuat aturan foto yang harus ditampilkan. Waktu itu saya membuat aturan, foto harus dua, foto keluarga, dan foto close up tokoh bersangkutan.

Satu hal yang tidak boleh dilupakan dalam proposal itu, adalah membuat target A dan target B. Hal ini dilakukan, sebagai langkah antisipasi apabila mengalami kendala, sehingga para tokoh atau sebut saja klien memiliki keseriusan dan kepercayaan, rencana penulisan buku tersebut.

3. Melakukan wawancara

Setelah menghimpun beberapa tokoh yang akan dimasukan menjadi sebuah kumpulan buku biografi, bisa mulai melakukan wawancara. Nah, satu hal yang saya sarankan untuk mempercepat proses wawancara, buatlah form isian bagi narasumber yang berisi identitas diri, riwayat pendidikan, pengalaman kerja, pengalaman organisasi, dan filosofi hidup mereka.

Form ini diterima narasumber atau tokoh minimal 3 hari sebelum saatnya wawancara, dan bisa kita ambil setelah selesai wawancara. Hal ini selain efesiensi waktu, juga pada saat wawancara kita tidak banyak menanyakan masalah pribadi yang formal, namun bisa lebih fokus menggali pemikiran dan visi hidupnya sesuai dengan profesi yang dijalani. Kalau pun nanti perlu penajaman informasi dari persoalan pribadi, biarlah narasumber yang menambahkan pada saat konfirmasi naskah yang sudah ditulis sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan.

4. Konfirmasi dengan narasumber

Konfirmasi naskah maksudnya, hasil dari wawancara itu dikonfirmasikan kepada narasumber. Maksudnya agar ia membaca terlebih dahulu apabila ada kekurangan naskah atau kekurangan materi tulisan, untuk di follow up selanjutnya. Waktu konfirmasi berikanlah waktu selama tiga hari. Namun dalam faktanya, berdasarkan pengalaman, narasumber kadang butuh waktu yang cukup untuk meneliti tulisan tersebut.

5. Editing dan layout

Proses editing sangat penting, karena ini merupakan menyangkut desain dan kekuatan karakter tulisan seperti apa yang diinginkan. Selanjutnya layout sebagai proses akhir sebelum dicetak. Nah, pada saat dilayout masing-masing tim kembali bertindak sebagai editor untuk koreksi terakhir apabila ada kesalahan naskah.

6. Cetak Buku

Waktu itu, saya dalam cetak buku bekerjasama dengan PT. Rambang, salah satu percetakan ternama di Sumatera Selatan. Waktu itu, buku biografi yang dibuat dicetak selama dua minggu dengan 1000 buku. Setelah selesai dicetak, buku tersebut diterbitkan dan diberikan kepada para tokoh yang sudah ditulis dalam buku tersebut.

Darimana uang Diperoleh?

Dari para tokoh yang ada dalam buku tersebut. Saya dan tim bekerja profesional. Setelah buku selesai, kita memberikan 5 buku kepada setiap tokoh, dan saat itu tanpa diduga mereka rata-rata memberikan uang sekitar Rp1 juta keatas menghargai buku yang sudah ditulis. Saat itu, ada 80 tokoh di Musirawas dan Lubuklinggau yang tertulis dalam buku.

Coba kalikan saja, 1 juta kali 80 tokoh dalam buku. Tapi, saya dan tim tidak membatasi penulisan buku ini dengan materi semata. Namun, alhamdulillah karena niat tulus, sekaligus mengisi waktu secara positif, penerbitan buku itu, rupanya mendapatkan penghargaan dari pemerintah daerah yakni (Pemkot Lubuklinggau dan Pemkab Musirawas) memberikan dana agar tradisi tersebut terus dilakukan. Satu hal lagi, dana awal selama proses penulisan ya swadaya masing-masing anggota tim hehehehe. Semoga bermanfaat, Wallahu’alam

Penulis: Sehabuddin (Asli Tasikmalaya, Jabar. Sekarang tinggal di Musirawas, Sumsel. Tengah membesarkan 'bayi' self publishing Seha Inspiration Files (SIF).
Silahkan kunjungi lapaknya di: http://www.kompasiana.com/123seha

Selasa, 28 Juni 2011

Menyoal Penyetopan Pengiriman TKI ke Arab Saudi


sumber:
http://kelompokdiskusi.multiply.com/journal/item/4738/menyoal_penyetopan_pengiriman_TKI_ke_Arab_Saudi



oleh: Orang ( http://biangla2hati.multiply.com )


Tak heran jika muncul 'sindiran' bahwa Indonesia sedang bertransformasi menjadi negeri 1001 satgas, sebab membentuk satgas tampaknya menjadi trend baru pemerintahan kita, bahkan untuk urusan TKI pun pemerintah membentuk satgas tersendiri.

Dilihat dari fungsi, rasanya fungsi satgas TKI tersebut tidak jauh jauh amat dari fungsi dubes, menlu dan BNP2TKI, yang kemudian memunculkan anggapan bahwa membentuk satgas tak lebih dari modus untuk membuang buang duit rakyat saja. bagaimanapun pemerinth SBY tampaknya menjadi pemerintahan yang paling gemuk dalam segi anggotanya, sebab selain menteri dan jubir (yang tak jelas jumlahnya) harus ditambah lagi dengan satgas ini dan itu yang justru kewenangannya terkesan tumpang tindih dengan institusi yang sudah ada, misal KPK dengan satgas mafia hukum dan sekarang satgas TKI dengan dubes, menlu dan BNP2TKI.

Tapi, sudahlah tidak perlu kita ribut soal pembentukan satgas yang gak jelas sebab satgas tersebut khusus menangani para TKI bermasalah yang saat ini sedang menghadapi proses hukum, itu berarti, kita harus rela pajaknya dipakai untuk membiayai para anggota satgas plus mengambil resiko mark up dan korupsinya.

Selain satgas, pemerintah pun mulai per 31 Agustus mengambil keputusan untuk menstop pengiriman TKI ke Arab Saudi. Rasanya, kebijakan tersebut tidak lantas akan mampu menyelesaikan masalah TKi kita, pertama sebab masalah TKI berhubungan erat dengan penyediaan lapangan kerja di negeri sendiri. Kita sudah lama tahu, bahwa alasan seseorang menjadi TKI, pertama karena susahnya mencari pekerjaan yang layak di Indonesia dan kedua karena iming iming gaji yang besar.

Jika penyetopan pengiriman TKI tersebut tidak diimbangi dengan penyediaan lapangan pekerjaan di dalam negeri, maka lambat laun akan muncul masalah baru yang lebih kompleks.

Kedua, masalah TKI berhubungan dengan skill, kebiasaan dan pengenalan kultur negara yang dituju. Biasanya, yang menjadi TKI terutama di ranah rumah tangga berasal dari daerah yang kadang kala kurang memperhatikan kebersihan dan kesehatan. jika kebiasaan tersebut tidak ‘diluruskan’ terutama oleh PJTKI yang bertugas membina para calon TKI sebelum diberangkatkan, kebiasaan tersebut jelas akan sulit diterima oleh para ‘majikan’ di luar negeri yang menginginkan pekerja yang menjungjung tinggi kebersihan dan kesehatan pribadi serta lingkungan.

Selain masalah skill dan kebiasaan, masalah bahasa dan pengenalan kultur negara yang dituju harus benar benar dikuasai oleh TKI. bagimanapun bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting dan komunikasi merupakan prasyarat utama dalam hal kerjasama. pun dengan pengenalan kultur. kultur Indonesia dengan malaysia, singapura, arab saudi, dsb, jelas sangat berbeda sehingga diperlukan strategi dan penyikapan yang berbeda pula.

Masalahnya, banyak sekali PJTKI nakal yang tidak terlalu mementingkan pembinaan skill, kebiasaan, kemampuan bahasa serta pengenalan kultur para calon TKI. Mereka asal saja memberangkatkan para TKI tersebut. dan kenapa para PJTKI tersebut begitu mudah mengirimkan TKI ke luar negeri ? karena pengawasan dan standar mutu pemerintah yang lemah. kalau perlu, pemerintahlah yang mentraining para calon TKI tersebut dan atau jika dipegang oleh PJTKI, harus ada sertifikat khusus dari pemerintah yang didapat melalui mekanisme ujian. ribet memang, tapi hal tersebut akan berimplikasi terhadap kulitas pekerja kita. bagaimanapun, kualitas berbanding lurus dengan materi dan penghargaan.

Ketiga, selama penyetopan tersebut tidak dibarengi dengan pemberantasan PJTKI illegal, maka pelarangan tersebut hanya akan menjadi omong kosong belaka. Bahkan mungkin saja, dengan adanya pelarangan tersebut, rakyat yang ‘nekad’ karena terdesak urusan perut  tidak akan berpikir panjang lagi untuk pergi ke luar negeri secara illegal sebab secara legal sudah tidak memungkinkan.

Tapi kenapa susah sekali memberantas PJTKI illegal ? sebab di negeri ini apa sih yang tidak bisa dibeli dengan uang. Dengan sedikit pelicin, apapun mungkin dan itu berarti pelarangan tersebut juga harus dibarengi dengan pemberantasan praktek KKN di tubuh pemerintahan itu sendiri terutama di tubuh institusi yang menangani masalah TKI.

Canon Sastra dalam Mythonomia “Kumpulan Cerpen Kompas”




OPINI | 28 June 2011 | 12:5545
---------------------------------------
Oleh: Aziz Abdul Ngashim


jika akhir-akhir ini anda seorang tweps dan termasuk penggemar cerpen kompas, terutama folowwer fajar arcana mungkin anda tahu kabar sebaran undangan untuk datang ke acara pemilihan cerpen terbaik kompas 2011.  atau mungkin anda adalah salah satu dari yang beruntung untuk hadir pada acara senin malam tanggal 27 juni 2011 saat menyaksikan Rikard Bagun (pimpinan redaktur kompas) menyerahkan buku “kumpulan cerpen kompas 2011″ sebagai tanda “peresmian” kepada Seno Gumira Ajidarma sang  jawara cerpen pilihan kompas 2011 dengan judul Dodolidodolibret . seremonila di bentara budaya jakarta itu akhirnya menasbihkan 18 cerpen terpilih berhak dibukukan sebagai kitab ke-20 cerpen pilihan kompas, menyingkirkan 52 karya yang dimuat kompas minggu dalam 1 tahun, dan bahkan menyingkirkan sekitar 3.600 cerpen yang berakhir di meja redaksi kompas dalam kurun waktu 12 bulan.

menurut fajar,sembilan hingga sepuluh cerpen diterimanya setiap hari. Dalam setahun, ada sekitar 3.600 cerpen. Sebuah angka yang fantastis. namun anda jangan kaget karena menurut catatan alex supartono, redaktur koran tertentu tak kurang menerima 3-40 cerpen perminggu, bahkan ada satu koran kedatangan 60-100 cerpen per minggunya. dan diperkirakan setiap tahun 6000 naskah cerpen berkahir di tempat sampah pada kantor redaksi koran-koran yang dianggap barometer perkembangan sastra cerpen indonesia. sungguh sebuah ironi dalam paradoks perkembangan sastra indonesia. ini belum termasuk ratusan hingga ribuan cerpen lain di koran-koran lokal, mungkin jika dilakukan penelitian angka-angka itu akan sangat mencengangkan.

sebagian mengatakan cerpen masuk koran selain untuk “nama” juga cari uang. khusus untuk para pencari nama anggapan ini buat saya meleset, lihatlah daftar cerpen pilihan kompas 2011 yang masih di dominasi nama-nama lama yang sudah punya gaung dalam perkembangan sastra indonesia. sehingga muncul selentingan miring bahwa supaya cerpen anda dimuat di surat kabar terutama yang nasional dan sudah punya nama besar ada tiga cara, pertama cerpen anda benar-benar berkualitas dan sesuai selera redaktur, kedua walaupun cerpen tidak terlalu bagus dan tidak sesuai selera redaktur, minimal nama anda sudah terkenal di dunia kepenulisan dan bisa jadi jaminan, ketiga ini yang agak kurang baik, yaitu memanfaatkan hubungan baik dengan redaktur alias PDKT, ini yang ketiga agak kurang baik.

kembali ke cerpen pilihan kompas, sebagai sebuah media nasional yang besar, kompas sudah memiliki reputasi besar dibidang jurnalisme dikalangan pembaca koran terutama di indonesia. latar belakang dan “kebesaran” nama kompas ini yang membuat sebagian orang tidak ragu dengan hal-hal bawaan kompas seperti kompas.com, kompasiana, hingga termasuk didalamnya cerpen yang tiap minggu mengisi lembaran khusus di hari bertanggal merah tersebut. walaupun sesungguhnya dalam pandangan saya latar belakang jurnalisme mumupuni yang ternama dalam diri kompas bisa mempengaruhi bahwa cerpen pilihan kompas merupakan deretan terbaik sehingga mendistorsi cerpen-cerpen lain. namun bisa disimpulkan bahwa deretan naskah dalam kumpulan cerpen kompas dalam 20 tahun terakhir ini adalah yang terbaik yang pihak kompas pilih.

mythonomia kumpulan cerpen kompas, seharusnya tidak dipandang sebagai kumpulan terbaik dari yang terbaik di indonesia tapi terbaik dalam subjektifitas “juri” kompas itu sendiri, dan tentu saja tak lepas dari nama-nama besar yang megiringi kebanyakan nama yang termaktub dalam kitab cerpen ini setiap tahunnya. boleh saja mengatakan bahwa cerpen pilihan kompas adalah terbaik, namun harus diingat bahwa mitos terbaik dari kompas sesungguhnya harus kita reduksi sebagai bagian dari perkembangan dunia sastra terutama cerpen.

mitos-mitos ini bukan tanpa alasan, karena secara tidak langsung mythonomia ini sengaja diciptakan, terlihat dari buku-buku kumpulan cerpen kompas hingga pernyataan beberpa sastrawan, seperti kata-kata nirwan dewanto dalam cerpen pilihan kompas 1993, “harus kita akui bahwa cerpen-cerpen terbaik indonesia dalam lima tahun terakhir ini muncul di kompas dan matra, bukan di (majalah sastra) horison. sunggu mengagetkan, begitu kita menyadari tiba-tiba, bahwa ‘kesehatan’ sastra kita tergantung pada redaktur cerpen itu”. saya tidak sedang mau melawan atau dalam posisi yang berhadapan dengan kritikus senior yang sudah punya nama macam nirwan dewanto, tapi saya berada dalam posisi besebrangan dengan pendapatnya.

seolah mitor-mitos itu sudah dibaptis sejak tahun 1993 sehingga setiap tahunnya menunggu cerpen pilihan kompas seperti menunggu kelahiran “anak dewa” yang membuat orang berdebar-debar siapa mereka yang terbaik di tahun ini. pernyataan tersebut seperti di amiin-i oleh binhad nurohmat, menurut binhad ada dua mainstrem (tradisi cerpen koran) dari tradisi sub-genre cerpen indonesia, yaitu tradisi “cerpen koran” republika dan kompas yang sosial-realis (dengan tokoh seno gumira ajidarma, joni aridinata dan agus noor sebagi tokoh dan tonggaknya) serta tradisi media indonesia dan tempo yang alternatif dalam keliaran gagasan alternatif dan segi pencitraan dan eksplorasi bahasa cerpen korannya (hudan hidayat dan phutut ea adalah “generasi baru”nya disini).

pernyataan nirwan dan binhad tentu saja seperti generalisasi otoriter terhadap perkembangan cerpen-cerpen dalam sastra indonesia. tentu saja patut di duga bukan hanya pernyataan beliau berdua saja yang membuat mythonomia “kumpulan cerpen kompas” sehingga menimbulkan canonisasi sastra baik secara langsung maupun tidak langsung serta baik secara sengaja maupun tidak sengaja. canon sastra ini sepertinya telah membuat jarak dan dinding tentang sipa gold, siapa silver dan siapa yang bronze.

dalam dunia kepenulisan dikenal dengan politica litencia atau dalam bahasa sederhana bisa kita tafsirkan yaitu kebebasan menulis atau dalam bahasa lebih luas, setiap orang punya ciri dan gaya khas dalam proses kepenulisan dan menciptakan tulisan. dan dalam dunia kepengarangan beberapa pengarang sangat yakin akan “substansi” sastra, yang konon universal dan apolitis (bebas-nilai) serta abdai. namun penilaian dalam kepengarangan juga ditentukan oleh apa yang dinamakan subjektifitas tanpa kriteria, hingga nilai kepengarangan dan sastra dinilai dari publikasi dan kritisasi media. hingga memiliki daya publikasi lebih besar. sehingga nilai sastra terreduksi seperti prinsip ekonomi, bukan soal rasa tapi soal promosi, dan promosi yang diciptakan oleh media memiliki pasar lebih besar, inilah yang secara tidak langsung menimbulkan trah dalam dunia kepenulisan.

trah adalah tingkatan, atau lebih dikenal dengan canon, canon berasal dari bahasa yunani kuno yang berarti buluh atau tongkat, yang berguna sebagai alat pengukur. dan dalam tahap selanjutnya memiliki tambahan “peraturan” dan “hukum”. sehingga dikemudian hari istilah canon memiliki arti sleksi untuk memilih pengarang yang karyanya pantas untuk diabadikan. dan dalam hal ini cerpen pilihan kompas telah menjadi mythonomia tersendiri dalam canon sastra di indonesia.

bila kita melihat lebih jauh kebelakang jauh sebelum cerpen pilihan kompas muncul 2 dekade lampau, pertanyaan besar muncul kenapa nama-nama kaliber maxim gorky, james joyce, virginia wolf, george orwel, paul eluard, jose luis borges hingga pramodya ananta toer tidak berhasil mendapatkan nobel di bidang sastra? maka jawabannya muncul dari jean paul srtre pada tahun 1964, nobel yang diberikan padanya dia tolak, karena dia merasa pablo neruda dari chili dianggap lebih pantas. benar saja anggapan bahwa pemenang nobel adalah orang liberal dan anti komunis bisa danggap benar, karena pablo neruda yang harusnya menjadi pemegang nobel sastra 1964 akhirnya dikalahkan karena dia anggota partai komunis chile.

maka kemudian akan muncul pertanyaan kenapa presiden penyair indonesia itu sutardji zoluzum bachri dengn “mantra”nya bukan w.s rendra dengan “blues untuk bonie”nya dan kenapa sang penyair romantis itu sapardi djoko damono bukan umbu landu paringgi? hingga pertanyaan kenapa cerita silat kho ping ho yang legendaris tidak ada di deretan rak-rak buku sekolah?

memang dalam konteks sastra indonesia yang berbudaya “timur” seorang pembaca belum bisa memisahkan antara penulis dan tulisan, sehingga tidak bisa dipaksa untuk semata-mata membaca teks dan konteks tanpa mempertanyakan siapa pengarangnya. maka anggapan yang timbul dari cerpen pilihan kompas tidak hanya sebuah usaha untuk memajukan perkembangan sastra nusantara tapi juga mythonomia bahwa kumpulan cerpen kompas jalan menuju kanonisasi sastra bisa saja di-iya-kan.

dapat dimaklumi dalam proses filterisasi sangat sulit menemukan mekanisme penjurian yang benar-benar meminimalisir unsur-unsur subjektifitas “selera sastra” masing-masing juri. karena rambu-rambu dalam penjurian sangat sulit digaris bawahi, maka akhirnya proses “penjurian” cerpen pilihan kompas bisa ditafsirkan “tanpa kriteria” seperti yang dituliskan dalam prakatan cerpen pilihan kompas 1993: “kami percaya bahwa setiap manusia memiliki sejenis estetika yang entah diperolehnya darimana, karena itu kami tidak menganut satu jenis estetika tertentu, tapi membenturkan estetika-estetika yang ada pada masing-masing penyeleksi”.

lepas dari itu nama-nama yang terukir dalam cerpen pilihan kompas setiap tahunnya yang kebanyakan nama-nama senior dan orang-orang lama, kita bisa baca cerpen-cerpen itu memang memiliki nilai tersendiri, dan saya ucapakan selamat kepada 18 nama penulis yang diabadikan di tahun ini. utamanya kepada beberapa kompasianer yang masuk dalam B-18 di tahun 2011 ini. inilah mereka,

Ke-18 cerpen terbaik itu adalah: 1. Pengunyah Sirih karya S Prasetyo 2. Ada Cerita di Kedai Tuak Martohap karangan Timbul Nadeak 3. Ada Yang Menangis Sepanjang Hari, karya Agus Noor 4. Kue Gemblong Mak Saniah, karya Aba Mardjani 5. Menjaga Perut, karya Adek Alwi 6. Di Kaki Hariara Dua Tahun Kemudian, karya Martin Aleida 7. Sepasang Mata Dinaya Yang Terpenjara karya Ni Komang Ariani  8. Klown Dengan Lelak Berkaki Satu, karya cerpenis Ratna Indraswari Ibrahim  9. Solilokui Bunga Kembajo, karya Cicilia Oday 10. Sonya Rury, karya Indra Tranggono 11. Tukang Obat Itu Mencuri Hikayatku, karya Herman RN 12. Ordil Jadi Gancan, karya Gde Aryantha Soethama 13.Rongga karya Noviana Kusumawardhani 14. Dodolitdodolitdodolibret karya Seno Gumira Ajidarma 15.Lebih Kuat Dari Mati, karya Mardi Luhung 16. Ikan Terbang Kufah karya Triyanto Triwikromo 17.Sirajatunda, karya Nukila Amal 18. Terakhir cerpen karya Budi Darma berjudul Pohon Jejawi.

cetak tebal   : kompasianer

sekali lagi selamat kepada ke-18 penulis, semoga karya-karya beliau-beliau ini menjadi pelecut anak-anak muda indonesia untuk terus berkarya, dan suatu saat nanti mengantika mereka yng sudah senior dengan kualitas lebih baik, dan semoga usaha kompas untuk berperan menjadi bagian dari perkembangan demi kemajuan sastra indonesia tak berhenti hanya sebatas penerbitan kumpulan cerpen pilihan kompas saja.



Diambil dari: http://media.kompasiana.com/buku/2011/06/28/canon-sastra-dalam-mythonomia-kumpulan-cerpen-kompas/

Fenomena “ Kaburan “ BMI Taiwan





Pertengan juni lalu Taiwan kedatangan tamu dari Indonesia,namun tidak banyak masyarakat migrant yang tahu.
Dua tamu ini adalah staff ahli BNP2TKI,Lisna Poeloengan dan Sadono dari deputy perlindungan.
Dalam kunjungan keduanya berkeliling Taiwan, tamu istimewa ini berpendapat, “Ternyata banyak yang melarikan diri (kaburan) trennya meningkat” ungkap Sadono

Menjadi BMI memang dituntut untuk siap mental,karena kita masuk dalam lingkungan yang baru, dan sering sekali terjadi selisih paham antara majikan ataupun agency dengan tenaga kerja ,hal terbaik yang dilakukan sebaiknya melaporkan ke nomer pengaduan “1955”, hingga masalah bisa terselesaikan. Karena sekecil apapun masalah tanpa jalan penyelesaian akan menjadikan kita berpikiran nekat untuk menghindar dari masalah tersebut dengan cara melarikan diri. Atau juga tergiur ajakan teman, dengan iming iming gaji yang lebih tinggi .

Menurut data CLA [Council of Labor Affair] alias depnaker Taiwan akhir april lalu total tenaga kerja asing overstay atau” kaburan” sebanyak 29736
Berdasarkan lapporan Negara Taiwan data ‘kaburan”terbagi menjadi:
Vietnam sebanyak 13613 orang [56.8%] , Indonesia sebanyak 12038 orang [40.48%]
Filipina sebanyak 2843 orang , Thailand sebanyak 1241 orang, dan Malaysia 1 orang.

Pada perakteknya kasus korban kaburan,banyak tertipu dengan janji janji belaka,
Bahkan belum lama ini ada kasus yang mencuat dibeberapa surat kabar lokal Taiwan, dimana ternyata korban kaburan disekap dan dipekerjakan dirumah pelacuran tanpa di bayar.
Menjadi kaburan sangatlah tidak menguntungkan, karena mereka tidak mendapatkan perlakuan layaknya tenaga kerja legal lainnya, seperti tidak adanya asuransi kesehatan,asuransi tenaga kerja,biaya tempat tinggal ataupun biaya makan.
Dalam peraturan Depnaker Taiwan, tenaga kerja dinyatakan kabur apabila selama 3 x 24 jam menghilang dari rumah majikan.

Namun pada kenyataannya,melapor diri setelah kabur sering menjadi kendala, banyak yang terbentur dengan masalah teknis ketika menyerahkan diri.
“kita tidak tau bagaimana menyerahkan diri, ada temanku yang di tipu loh terus suratnyatidak pernah keluar” tutur bunga [ nama samaran] ketika bertemu dengan Memo selagi proses penyerahan diri.
Lain lagi dengan mawar [ nama samaran] yang juga mau menyerahkan diri
“ Aku ke kantor polisi mbak, tapi tidak diterima” keluhnya, dan memang banyak juga yang menyikapi kalau instansi pemerintah sepertinya “saling tendang” dalam hal ini.

Kurangnya informasi cara menyerakan diri banyak juga, tidak jarang membuat para kaburan terjerumus ketangan oknum yang tidak bertanggung jawab, tidak jarang dari mereka tertipu sebesar NT$ 25000-40000, yang dipungut oleh agen liar sebagai uang “pelicin” jika tidak ingin belama lama tinggal di penjara. dan sebenarnya biaya yang di keluarkan tidak sebasar itu jika melapor sendiri.

Menurut kantor imigrasi Taiwan saat wawancara dengan salah satu media masa local ,tenaga kerja atau turis yang overstay/tinggal lewat batas waktu, yang ingin menyerahkan diri dapat langsung menelepon kantor kepolisian imigrasi di seluruh Taiwan. Agar tidak tertipu oleh oknum yang memberi iming iming dapat langsung pulang ke Negaranya tanpa di penjara.

Setiap orang yang overstay di Taiwan wajib membayar denda sesuai lama waktu overstay.jangka waktu dipulangkan jika tidak terlibat kasus pidana sekitar 2 minggu sampe 1 bulan. Sedangkan jika terlibat kasus pidana wajib melewati proses pengadilan terlebih dahulu, kemudian baru dilakukan proses pemulangan.
Seperti : interogasi, pembuatan paspor, surat jalan, dan tiket pesawat.
Selama proses tersebut para “ kaburan” harus tinggal di penampungan imigrasi.

DAFTAR DENDA OVERSTAY [sumber:kantor imigrasi Taipei county]
1-10 hari NT$ 2000
11-30 hari NT$ 4000
31-60 hari NT$ 6000
61-90hari NT$ 8000
Diatas 91hari NT$ 10000

Senin, 27 Juni 2011

Jurus Jitu Mengatasi Kendala Bagi Penulis Pemula



Adopted from http://edukasi.kompasiana.com/2011/06/28/jurus-jitu-mengatasi-kendala-bagi-penulis-pemula/

| 28 June 2011 | 01:28



Mungkin pembaca setuju bahwa menulis itu adalah pekerjaan yang gampang-gampang susah. Gampang, karena kadang-kadang tidak kurang 10 menit seseorang bisa menyelesaikan tulisan sampai tuntas. Susah,  ketika banyak kendala yang ditemui saat menuangkan ide yang telah tersimpan di benak.

Bagi penulis pemula, sering niat menulis tiba-tiba terhenti walau sudah menyiapkan diri dengan baik  dan mempersiapkan segala perangkat menulis. Hal ini disebabkan kendala-kendala yang dijumpai saat mempersiapkan tulisan tersebut.

Beberapa kendala yang umumnya dihadapi para penulis pemula adalah:
 •Keragu-raguan menuangkan ide menjadi tulisan.


•Tidak tahu harus darimana dan bagaimana memulai tulisan dan terlalu berpikir keras hanya memilih  kata-kata yang cocok sebagai pembuka tulisan.


•Ketidakmampuan mengembangkan ide.


•Tidak percaya diri dan merasa takut tidak dimuat oleh media apapun juga.


•Gampang menyerah dan meninggalkan begitu saja ide yang sudah siap dikembangkan.

Jika kendala di atas tidak bisa dipecahkan, sudah pasti keinginan untuk menjadi seorang penulis yang mahir dan terkenal akan pupus.  Agar hal ini tidak terjadi, maka seorang penulis pemula harus siap melakukan jurus-jurus jitu agar mampu keluar dari jebakan berbagai kendala tersebut.

Jurus jitu tersebut adalah:
 •Paksakan diri untuk Disiplin. Disiplin adalah kunci sukses mencapai hasil. Hal ini juga berlaku untuk para penulis. Seorang penulis harus mampu mengatur waktu kapan harus mulai menulis, berapa lama target menyelesaikan tulisan dan berapa banyak waktu yang digunakan setiap harinya untuk menulis. Awalnya memang tampak sulit. Tetapi dengan memaksakan diri untuk disiplin, maka kendala-kendala di atas akan terpecahkan.


• Yakinkan diri, tuliskan apa saja dan Jangan pernah takut salah/ jelek.  Ketika sudah siap untuk menulis, segera buat judul tulisan dan mulailah mengetik. Ciptakan  judul apa saja dan ketik apa saja yang keluar dari benak. Tentunya tetap mengarah ke tema tulisan. Jangan pernah merasa takut salah atau tulisan jelek. Tuangkan apa yang tersimpan di benak. Setelah tulisan selesai, mulailah membaca ulang dan mengedit perlahan-lahan dari judul hingga isi tulisan. Ubah kata-kata yang kurang sesuai dengan kata-kata yang lebih ideal yang tentunya tidak menghilangkan maknanya.


•Mulailah dengan kalimat pertama yang disukai. Dalam menulis tidak ada istilah bahwa kalimat pembuka itu harus baku. Maksudnya, dalam kalimat pertama kita tidak perlu susah-susah menggunakan kalimat-kalimat yang resmi/ formal/ wajar dan seterusnya. Mulailah dengan kalimat yang Anda sukai seperti kalimat lucu, menarik, dialog atau apa saja yang mampu mendorong Anda untuk tetap tertarik menulis sampai tuntas. Hal ini akan membawa Anda keluar dari keragu-raguan saat mulai menulis dan yang terpenting adalah Anda telah berhasil membangun kerangka-kerangka ‘bangunan’ untuk selanjutnya siap diselesaikan.


•Ada kemauan, ada jalan. Ya, dalam menulis juga berlaku istilah If there is a will, there is a way. Jika sudah berniat menulis, yakinkan diri bahwa pasti ada saja jalan sehingga mampu menuangkan segala ide, daya khayal, pengalaman dan lainnya ke dalam tulisan. Harus diingat jangan pernah berpikir dan bertanya-tanya “Apakah tulisanku ini bagus atau tidak”? Kesampingkan masalah yang satu ini. Jika pembaca mendapat secercah penerangan/ pengetahuan/ hiburan dari tulisan Anda, maka hal itu adalah bagus. Yang penting, tujuan Anda untuk menulis bisa terwujud.


•Jangan Pernah meninggalkan tulisan yang belum selesai. Menuangkan pikiran atau ’isi kepala’  ke dalam kertas, ibarat menuangkan air ke dalam aquarium. Jangan berhenti menuangkannya walau ada tetesan air yang keluar. Maksudnya, jangan menuangkan ide setengah-setengah saat menulis walau ada kendala. Harus sampai tuntas. Jika tidak, rasa malas, ngantuk, ditambah rasa capek akan segera menyerang. Anggap bahwa alur atau plot cerita anda adalah ibarat air yang mengalir di sebuah anak sungai. Air yang mengalir itu pasti bertemu dengan batu, bertemu dengan kayu, bertemu dengan tanaman yang terapung, bertemu dengan anak ikan, airnya kadang berputar, dan lain-lain. Artinya, semua yang ada dalam benak, harus dituangkan ke dalam tulisan secara urut, runut dan spontan tanpa keraguan sedikit pun.

Dengan demikian segala kendala akan teratasi dan ide cemerlang yang terbenam dalam benak  akan tertuang dan melahirkan sebuah tulisan. Kita tahu bahwa all beginning is difficult. Tetapi dengan tekad, semangat, disiplin, keyakinan dan langkah pasti,  maka keinginan untuk menjadi penulis yang baik, mahir dan terkenal akan menjadi nyata. Semoga!

pieter silitonga

Pemenang Utama Liveborderless 2009

http://piterbizz.blogspot.com

Mengingat Kematian



Kematian adalah sesuatu yang pasti akan menimpa pada setiap manusia. Hanya saja kita tidak tahu kapan dan bagai mana kematian itu datang menjemput kita. Membicarakan kematian bukanlah sesuatu yang meyenangkan, bahkan kita sebagai mausia ingin hidup lebih lama. Allah SWT menggambarkan dalam Al quran surat al-Baqarah ayat 96 yang artinya :

“Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa. Dan Allah mengetahui apa yang mereka kerjakan.”


Banyak faktor yang menyebabkan orang takut mati dan ingi hidup lebih lama sesuai keinginannya. Ada orang yang takut mati karena takut kehilangan apa yang dimilikinya di dunia ini. Ada juga yang takut mati karena merasa banyak dosa dan ada pula yang merasa belum memiliki bekal untuk menghadapi hari pembalasan.
Islam sebagai agama yang hanif menuntun umatnya agar meyakini bahwa ada kehidupan sesudah kematian.

Kematian adalah pintu gerbang menuju kehidupan yang lebih hakiki. Kehidupan di dunia yang dijalani setiap manusia adalah sementara. Dan dunia adalah tempat untuk kita menanam benih-benih kebaikan sebanyak-banyaknya sehingga hasilnya dapat kita panen setelah melewati gerbang kematian. Allah SWT mengarahkan kita bahwa Akhirat itu lebih baik dari pada dunia.

Dalam hal mengingat kematian, Imam Al-Ghazali membagi manusia dalam tiga kelompok atau tiga tingkatan.
Pertama, Al-Munhamik, yaitu orang yang tenggelam dalam tipu daya hawa nafsu dunia. Ia merasa bahwa kehidupannya di dunia adalah abadi sehingga timbul penyakit hubuddunya (cinta dunia). Ia enggan kalau diingatkan akan kematian. Kelompok orang seperti ini jauh dari Allah SWT dan sangat kurang mempersiapkan bekal untuk menghadapi kematian, bahkan yang terjadi justru sebalaiknya yaitu bergelimang dosa dan maksiat. Na’udzubillahimindzalik.

Kedua, At-Taib, yaitu orang yang senantiasa bertobat memohon ampunan dari Allah SWT. Ia banyak mengingat kematian yang mendorongnya beramal dan mempersiapkan bekal dengan amal-amal shaleh yang terbaik untuk menghadapi kematian. Kalualah ia takut atau tidak menyukai kematian bukan karena ingkar akan tetapi karena khawatir bekal yang dipersiapkannya belum cukup.

Ketiga, Al-A’rif, yaitu orang yang mengetahui posisi dirinya dihadapan Allah SWT. Ia senantiasa mengingat kematian, bahkan ia selalu menanti saat kematian itu datang menjempunya. Karena bagi dia kematian adalah momentum perjumpaan dirinya dengan Sang khaliq, Allah SWT, dzat yang selama ini ia dicintai dan dirindukannya. Kelompok orang semacam memiliki bekal penuh dalam mengahadapi kehidupan setelah kematian.

Akhirnya semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa mempersiapkan diri dalam menghadapi kematian dengan amal-amal shaleh yang terbaik. Setiap detik, setiap menit, setiap jam dan setiap hari kita lewati dengan perbuatan terbaik di sisi Allah SWT. Allah SWT mencipatakan kematian dan kehidupan tiada lain untuk menguji kita semua siapa diantara kita yang amal-amalnya terbaik, (Qs. Al Mulk ayat 2). Dan semoga kita mati dalam keadaan husnul khotimah.


Terakhir saya kutifkan sebuah kisah klasik dari Imam Al Ghazali. Suatu ketika ada seseorang yang sudah bertahun-tahun menjadi muadzin di sebuah menara tinggi di samping mesjid. Kebetulan di samping mesjid itu ada pula sebuah rumah yang ternyata dihuni oleh keluarga non-muslim, di antara anak-anak keluarga itu ada seorang anak perempuan berparas cantik yang sedang berangkat remaja. Tiap naik menara untuk adzan, secara tidak disengaja tatapan mata sang muadzin selalu tertumbuk pada si anak gadis ini, begitu pula ketika turun dari menara. Seperti pepatah mengatakan "dari mata rurun ke hati" begitulah saking seringnya memandang. Hati sang muadzin pun mulai terpaut akan paras cantik anak gadis ini. Bahkan saat adzan yang diucapkan di mulut Allahuakbar-Allahuakbar, tapi hatinya malah khusyu memikirkan anak gadis itu.

Karena sudah tidak tahan lagi, maka sang muadzin ini pun nekad mendatangi rumah si anak gadis tersebut dengan tujuan untuk melamarnya. Hanya sayang, orang tua si anak gadis menolak dengan mentah-mentah, apalagi jika anaknya harus pindah keyakinan karena mengikuti agama calon suaminya, sang muadzin yang beragama Islam itu. "Selama engkau masih memeluk Islam sebagai agamamu, tidak akan pernah aku ijinkan anakku menjadi istrimu" ujar si Bapak, seolah-olah memberi syarat agar sang muadzin ini mau masuk agama keluarganya terlebih dulu.

Berpikir keraslah sang muadzin ini, hanya sayang, saking ngebetnya pada gadis ini, pikirannya seakan sudah tidak mampu lagi berpikir jernih. Hingga akhirnya di hatinya terbersit suatu niat, "Ya ALLAH saya ini telah bertahun-tahun adzan untuk mengingatkan dan mengajak manusia menyembah-Mu. Aku yakin Engkau telah menyaksikan itu dan telah pula memberikan balasan pahala yang setimpal. Tetapi saat ini aku mohon beberapa saat saja ya ALLAH, aku akan berpura-pura masuk agama keluarga si anak gadis ini, setelah menikahinya aku berjanji akan kembali masuk Islam."

Baru saja dalam hatinya terbersit niat seperti itu, dia terpeleset jatuh dari tangga menara mesjid yang cukup tinggi itu. Akhirnya sang muadzin pun meninggal dalam keadaan murtad dan suul khatimah.


Membina Keseimbangan Potensi Manusia untuk Mencapai Derajat Insan Kamil



Allah SWT menciptakan manusia dengan segala kesempurnaannya. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan 3 potensi , yaitu jasmani, akal dan hati. Ketiga potensi ini harus dibangun secara seimbang. Ketiga potensi ini perlu asupan "makanan" agar dapat berfungsi dengan baik, sehingga manusia mampu menjalankan tugasnya di bumi yaitu Ibadah dan Kholifah fil Ard.

Potensi Jasmani
Jasmani kita atau tubuh kita memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi yaitu kebutuhan yang sifatnya biologis seperti makan dan minum. Bagi seorang muslim makanan dan minuman yang akan masuk kedalam tubuhnya tidak hanya harus bersih dan bergizi, melainkan harus halal pula. Halal dari sisi makanannya atau minumannya dan halal dari cara mendapatkan makanan atau minuman tersebut.

Potensi Akal
Allah SWT menganugrahkan akal kepada manusia bukan tanpa maksud. Dengan akal manusia derajatnya lebih tinggi dibandingkan makhluk-makhluk Allah SWT yang lain. Dengan akalnya manusia mampu dan sanggup mengemban amanah untuk mengelola bumi. Supaya akal ini dapat difungsikan maka akal pun membutuhkan makanan. Makanan akal adalah ilmu. Pantas dan wajar jika Rosulullah Muhammad SAW mewajibkan kita, umatnya untuk menuntut ilmu sepanjang hayat (life long education).

Potensi Hati
Dalam tubuh manusia itu ada segumpal darah apabila baik segumpal darah itu maka akan baiklah seluruhnya demikian sebaliknya, apabila jahat maka akan jahat seluruh perilakunya, ketahuilah ia adalah hati. Agar hati kita menjadi baik, bersih maka perlu diberi makan yang baik dan bersih pula yaitu dengan ibadah atau dzikir. Dengan dzikir hati kita menjadi tenang. Dzikir atau ibadah adalah salah satu bentuk penghambaan kita kepada Sang Kholik yaitu Allah SWT.

Ketiga potensi tersebut harus dibangun secara seimbang. Fisik kita harus sehat dan kuat, pepatah mengatakan dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Akal kita harus cerdas dan pintar, berisi dengan ilmu pengetahuan, dan hati kita harus bersih dan selalu ingat kepada Sang Kholik. Pondasi untuk mengembangkan ketiga potensi tersebut adalah iman. Dengan demikian maka Insya Allah kita akan mampu mewujudkan “Insan Kamil.”

Wallohu’alam


Pendidikan Generasi Laskar Pelangi



  • Ini Artikel Pertamaku yang ditulis pada bulan Juli dan dimuat media online. Silahkan jika ada yang bersedia membacanya dan mengkritisi ataupun memberikan masukan :


    Hidup untuk memberi sebanyak- banyaknya, bukan untuk menerima sebanyak – banyaknya.
    (Laskar Pelangi)

    ...


    Sederhana, mengalir alami, menyentuh dan kritis. Sosok itu ditampilkan Bu Muslimah sehingga layak digelari pejuang pendidikan. Kesulitan saran sekolah tak sedikitpun mengendurkan semangat mengajar. Jiwa pengabdian teramat tulus bagi masa depan anak didiknya. Mengajar dimaknai bukan semata memenuhi kebutuhan hidup dan agar dapur tetap ngebul, melainkan sebuah proses memperbaiki nasib anak bangsa. Beliau bekerja tanpa pamrih tak peduli ejekan mengalir deras. Tangan emas beliau akhirnya berhasil melahirkan generasi emas. Kumpulan anak cerdas yang dibentuk jeratan kemiskinan. Bu Muslimah menyebut mereka “laskar pelangi”.



    Pendidikan sendiri menjadi sarana strategis merumuskan masa depan. Maju mundurnya sebuah negara ditentukan bagaimana kualitas sumber daya manusia, dimana pendidikan termasuk unsur pembentuknya. Ketika pendidikan terabaikan, dapat dikatakan setengah tiang negara mengalami kelumpuhan. Itu mengapa negara maju senantiasa menganggarkan dana besar bagi perkembangan dunia pendidikan. Kondisi berbeda di Indonesia, dimana terpenuhinya 20% anggaran pendidikan membutuhkan kerja keras dan waktu lama.



    Laskar Pelangi menampilkan kisah menarik pendidikan Indonesia. Sentuhan kisah laskar pelangi dijiwai nilai inspiratif. Berani menampilkan apa adanya kualitas dan mutu pendidikan beserta sarana pendukungnya. Sebuah keindahan melihat kesetiaan dan seorang guru dan kepala sekolah mempertahankan prinsip membesarkan anak didik. Nyanyian syahdu, betapa pendidikan di desa kurang terperhatikan oleh pemerintah.



    Setidaknya ada empat hikmah dari kisah Laskar Pelangi. Pertama kondisi sekolah yang terbilang memprihatinkan. Sebuah sindiran bagi pendidikan Indonesia. Betapa banyak sekolah di bumi pertiwi bernasib mengenaskan. Sekolah bagaikan gubuk reyot, ketika hujan sekolah mengalami kebanjiran. Murid terganggu waktu belajarnya. Mereka dipaksa berjibaku membersihkan ruang kelas yang becek. Kondisi yang memprihatinkan bagi masa depan pendidikan anak negeri.



    Kedua, ketulusan pengabdian dari seorang guru. Bu Muslimah, seorang guru penuh keteladanan. Kesempatan mengajar digunakan semaksimal mungkin. Murid sedikit tak mengendurkan semangat mengabdi bagi pendidikan. Tak sedikitpun beliau menuntut gaji lebih. Keterbatasan pihak sekolah bersinergi dengan minimnya perhatian pemerintah. Kondis berbeda kita jumpai sekarang, guru berdemo menuntut kenaikan gaji. Jika tak dipenuhi mengancam mogok mengajar. Ketika sudah terpenuhi, terkadang tidak berbanding lurus dengan peningkatan mutu pendidikan.



    Bu Muslimah seolah menyindir kita. Setidaknya dua pelajaran dipetik dari kisah Ibu Guru Muslimah. Pertama, mengajar sebagai pengabdian. Tak semata mengejar kehidupan duniawi. Tanpa dukungan pemerintah beliau terus sabar mengajar muridnya. Ketika seorang Ikal kuliah di Australia, sedikitpun beliau mengharapkan imbalan. Kedua, minimnya perhatian pemerintah. Sulit dibayangkan, pemerintah malah bermaksud membubarkan sekolah miskin seperti SD Muhammadiyah Gantong. Kondisi yang bertolak belakang ketika bercerita RSBI. Begitu bersemangatnya. Pemerintah mendukung dan membela sekolah bertarif mahal itu. Padahal jika diperhatikan, Ibu muslimah mampu meluluskan mimpi Ikal studi di Australia. Tanpa kelas khusus bahasa Inggris dan SPP mahal.



    Ketiga, pendidikan berbasis kecerdasan terfokus. Dikisahkan bagaimana seorang anak ada yang cerdas secara musikal. Tiada hari tanpa berkawan radio dan musik. Seorang lagi, sibuk mencerdaskan kemampuan berhitung. Titik fokus itu berhasil dibuktikan dalam cerdas cermat. Ketika pertanyaan diajukan, tak perlu kertas dan waktu lama. Dia berhasil memecahkan soal matematika dalam waktu cepat. Apa artinya?. Jika pendidikan Indonesia iingin maju, kembangkan dan fokuskan bakat peserta didik. Bukan seperti sekarang, seorang murid sejak SD dijejali berbagai macam mata pelajaran. Akibatnya dia tidak fokus dan gagal berkembang secara maksimal.



    Keempat, untuk mencapai kesuksesan diperlukan kerja keras dan ide kreatif. Bu Muslimah menekankan, SD Muhammadiyah Gantong ikut karnaval. Ditunjum Mahar sebagai ketua kelompok memimpin teman – temannya. Kondisi sekolah yang miskin, membuat sekolah tidak menyediakan dana. Mulai mahar sibuk berpikir dan mencari inspirasi. Dia mulai bergerak, melakukan berbagai kegiatan demi memancing gagasan segar. Ketika teman sekelasnya mulai putus asa, bahkan mulai menganggapnya dila. Mahar kemudian datang, menawarkan ide segar. Pentas karnaval dihebohkan kehadiran SD Muhammadiyah Gantong. Mereka menampilkan atribut tarian dayak dan berhasil memenangan karnaval tahunan.



    Pada kesempatan lain dikisahkan, bagaimana kesulitan menjelang lomba cerdas cermat antar SD. Laskar Pelangi, sebutan Bu Mus bagi muridnya belajar menghitung memakai tusuk sate. Sekolah lain, sudah mahir menggunakan kalkulator. Kesulitan lain, buku pelajaran sebagai pendukung KBM sangat minim. Membeli kapur saja, harus berutang dulu dari pedagang toko di kota. Keadaan bertambah rumit, dimana Pak Cik (Kepala Sekolah) dipanggil Allah SWT. Bu Mus harus berjuang sendirian, menyiapkan muridnya mengikuti lomba kelak.



    Hari yang dinantikan tiba, para sekolah terbaik berkumpul. Kompetisi berlangsung ketat, kejar mengejar skor terjadi. Puncak ketegangan terasa makin mencekam mendekati babak akhir. Soal terakhir dibacakan, Bintang sang matematikawan muda menjawab. Jawaban dia salah, dan kegagalan membayangi tim Muhammadiyah Gantong. Juri sudah mensahkan, diprotes seorang guru. Bintang pun memberanikan diri kebenaran jawabannnya. Akhirnya dia berhasil membuktikan kebenaran jawabannya. Kemenangan atas perjuangan panjang berhasil diraih.


    Membaca kisah Laskar Pelangi memberikan perspektif baru. Sudah tiba waktunya pendidikan Indonesia mengalami reformasi. Perhatian terhadap sekolah terpencil ditingkatkan, jangan terjebak kesibukan mengurus sekolah berduit saja. Pendidikan milik semua rakyat Indonesia, bukan terbatas kalangan tertentu. Hentikan segala bentuk kastanisasi dan kapitalisasi pendidikan.

    Paradigma kesejahteraan guru, perlu mengalami perbaikan. Tidak hanya sekedar diukur sertifikasi yang dijadikan proyek kalangan oportunistik. Pengabdian seorang guru terlalu murah digantikan lembaran kertas sertifikat. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan, jangan menafikan peningkatan mutu pendidikan. Sebab kenaikan gaji guru sepantasnya berbanding lurus dengan peningkatan kualitas mengajar. Banyak pelajar gagal UN membuktikan guru belum berhasil mencapai target perbaikan pengajaran.



    Akhirnya, Laskar Pelangi adalah harapan pendidikan masa mendatang. Suara merdu perjuangan, narasi indah kesederhanaan dan lautan inspirasi mendalam. Semakin jauh menyelam, anda akan temukan jutaan hikmah. Batu kerikil bukan sebuah alasan untuk menyerah. Layar mimpi harus terus berkembang. Memberi sebanyak – banyaknya, bukan menerima sebanyak – banyaknya. Mengutip band Nindji “Mimpi adalah kunci, untuk kita menaklukan dunia”. Mimpi melahirkan optimisme pendidikan Indonesia bangkit dari keterpurukan.




    Inggar Saputra


    genmuslim_100@yahoo.co.id


    Mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Sekolah FIP UNJ 2006

    Sumber : http://hminews.com/oase/pendidikan-generasi-laskar-pelangi/

Penggunaan EYD Bahasa Indonesia





Berikut adalah rangkuman Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

Daftar isi

  • 1 Pemakaian huruf
  • 2 Penulisan kata
  • 3 Penulisan tanda baca
  • 4 Perubahan Kepmendiknas 46/2009
 Pemakaian huruf
  1. Huruf abjad. Ada 26 yang masing-masing memiliki jenis huruf besar dan kecil.
  2. Huruf vokal. Ada 5: a, e, i, o, dan u. Tanda aksen é dapat digunakan pada huruf e jika ejaan kata menimbulkan keraguan.
  3. Huruf konsonan. Ada 21: b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
    1. Huruf c, q, v, w, x, dan y tidak punya contoh di akhir kata.
    2. Huruf x tidak punya contoh di tengah kata.
    3. Huruf q dan x digunakan khusus untuk nama dan keperluan ilmu.
  4. Diftong. Ada 3: ai, au, dan oi.
  5. Gabungan konsonan. Ada 4: kh, ng, ny, dan sy.
  6. Pemenggalan kata
    1. Kata dasar
      1. Di antara dua vokal berurutan di tengah kata (diftong tidak pernah diceraikan): ma-in.
      2. Sebelum huruf konsonan yang diapit dua vokal di tengah kata: ba-pak.
      3. Di antara dua konsonan yang berurutan di tengah kata: man-di.
      4. Di antara konsonan pertama dan kedua pada tiga konsonan yang berurutan di tengah kata: ul-tra.
    2. Kata berimbuhan: Sesudah awalan atau sebelum akhiran: me-rasa-kan.
    3. Gabungan kata: Di antara unsur pembentuknya: bi-o-gra-fi
  7. Huruf kapital
    1. Huruf pertama pada awal kalimat
    2. Huruf pertama petikan langsung
    3. Huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan
    4. Huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang (tidak berlaku jika tidak diikuti nama orang)
    5. Huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau pengganti nama orang, nama instansi, atau nama tempat (tidak berlaku jika tidak diikuti nama orang, instansi, atau tempat)
    6. Huruf pertama unsur-unsur nama orang (tidak berlaku untuk nama orang yang digunakan sebagai nama sejenis atau satuan ukuran)
    7. Huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa (tidak berlaku untuk nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan)
    8. Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah (tidak berlaku untuk peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama)
    9. Huruf pertama nama geografi (tidak berlaku untuk istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri dan nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis)
    10. Huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti "dan" yang tidak terletak pada posisi awal, termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna
    11. Huruf pertama kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti "dan" yang tidak terletak pada posisi awal, termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna
    12. Huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Gelar akademik: Kepmendikbud 036/U/1993.
    13. Huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan (tidak berlaku jika tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan)
    14. Huruf pertama kata ganti Anda
  8. Huruf miring
    1. Nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan
    2. Huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata yang ditegasan atau dikhususkan
    3. Kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya
Penulisan kata
  1. Kata dasar. Ditulis sebagai satu kesatuan
  2. Kata turunan
    1. Ditulis serangkai dengan kata dasarnya: dikelola, permainan
    2. Imbuhan ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya, tapi unsur gabungan kata ditulis terpisah jika hanya mendapat awalan atau akhiran: bertanggung jawab, garis bawahi
    3. Imbuhan dan unsur gabungan kata ditulis serangkai jika mendapat awalan dan akhiran sekaligus: pertanggungjawaban
    4. Ditulis serangkai jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi: adipati, narapidana
    5. Diberi tanda hubung jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital: non-Indonesia
    6. Ditulis terpisah jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar: maha esa, maha pengasih
  3. Kata ulang. Ditulis lengkap dengan tanda hubung: anak-anak, sayur-mayur
  4. Gabungan kata
    1. Ditulis terpisah antarunsurnya: duta besar, kambing hitam
    2. Dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan untuk mencegah kesalahan pengertian: alat pandang-dengar, anak-istri saya
    3. Ditulis serangkai untuk 47 pengecualian: acapkali, adakalanya, akhirulkalam, alhamdulillah, astagfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana, bismillah, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, darmasiswa, dukacita, halalbihalal, hulubalang, kacamata, kasatmata, kepada, keratabasa, kilometer, manakala, manasuka, mangkubumi, matahari, olahraga, padahal, paramasastra, peribahasa, puspawarna, radioaktif, sastramarga, saputangan, saripati, sebagaimana, sediakala, segitiga, sekalipun, silaturahmi, sukacita, sukarela, sukaria, syahbandar, titimangsa, wasalam
  5. Kata ganti
    1. Ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya: kusapa, kauberi
    2. Ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya: bukuku, miliknya
  6. Kata depan. di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali daripada, kepada, kesampingkan, keluar, kemari, terkemuka
  7. Kata sandang. si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya: sang Kancil, si pengirim
  8. Partikel
    1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya: betulkah, bacalah
    2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya: apa pun, satu kali pun
    3. Partikel pun ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya untuk adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun
  9. Singkatan dan akronim
    1. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik: A.S. Kramawijaya, M.B.A.
    2. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik: DPR, SMA
    3. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik: dst., hlm.
    4. Singkatan umum yang terdiri atas dua huruf diikuti tanda titik pada setiap huruf: a.n., s.d.
    5. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik: cm, Cu
    6. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital: ABRI, PASI
    7. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital: Akabri, Iwapi
    8. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil: pemilu, tilang
  10. Angka dan lambang bilangan. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor yang lazimnya ditulis dengan angka Arab atau angka Romawi.
    1. Fungsi
      1. menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas,
      2. melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat,
      3. menomori bagian karangan dan ayat kitab suci,
    2. Penulisan
      1. Lambang bilangan utuh dan pecahan dengan huruf
      2. Lambang bilangan tingkat
      3. Lambang bilangan yang mendapat akhiran -an
      4. Ditulis dengan huruf jika dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan
      5. Ditulis dengan huruf jika terletak di awal kalimat. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat
      6. Dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca bagi bilangan utuh yang besar
      7. Tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi
      8. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat
Penulisan tanda baca
  1. Tanda titik
    1. Dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan
    2. Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar (tidak dipakai jika merupakan yang terakhir dalam suatu deretan)
    3. Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu
    4. Dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka
    5. Dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya (tidak dipakai jika tidak menunjukkan jumlah)
    6. Tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya
    7. Tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat
  2. Tanda koma
    1. Dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan
    2. Dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan
    3. Dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya (tidak dipakai jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya)
    4. Dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi
    5. Dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat
    6. Dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat (tidak dipakai jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru)
    7. Dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan
    8. Dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka
    9. Dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki
    10. Dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga
    11. Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka
    12. Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi
    13. Dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah baca
  3. Tanda titik koma
    1. Dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara
    2. Dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk
  4. Tanda titik dua
    1. Dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian (tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan)
    2. Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian
    3. Dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan
    4. Dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan
  5. Tanda hubung
    1. Dipakai untuk menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh penggantian baris (Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris)
    2. Dipakai untuk menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris (Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris)
    3. Dipakai untuk menyambung unsur-unsur kata ulang
    4. Dipakai untuk menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal
    5. Dapat dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata
    6. Dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an, (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap
    7. Dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing
  6. Tanda pisah
    1. Dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat
    2. Dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas
    3. Dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti 'sampai ke' atau 'sampai dengan'
    4. Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya
  7. Tanda elipsis
    1. Dipakai dalam kalimat yang terputus-putus
    2. Dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan
    3. Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat
  8. Tanda tanya
    1. Dipakai pada akhir kalimat tanya
    2. Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya
  9. Tanda seru
    1. Dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat
  10. Tanda kurung
    1. mengapit keterangan atau penjelasan
    2. mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan
    3. mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan
    4. mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan
  11. Tanda kurung siku
    1. mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli
    2. mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung
  12. Tanda petik
    1. mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain
    2. mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat
    3. mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus
    4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
    5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat
    6. Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris
  13. Tanda petik tunggal
    1. mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain
    2. mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing
  14. Tanda garis miring
    1. dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim
    2. dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap
  15. Tanda penyingkat
    1. menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun
Perubahan Kepmendiknas 46/2009
  1. Tambahan: Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur nama seperti de, van, der, von, atau da.
  2. Tambahan: Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata bin dan binti (pada beberapa nama tertentu).
  3. Tambahan: Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan, dan misalnya
  4. Tambahan: Huruf tebal


Tips Mengedit Artikel dan Menang Lomba

Oleh: Joni Lis Efendi
Direktur Writing Revolution





Mengedit Artikel

Setelah artikelnya jadi, jangan langsung kirim, tapi periksa lagi. Inilah
tahapan yang dikenal dengan mengedit atau merevisi. Tahapan ini penting
supaya artikel kamu terlihat lebih rapi, antarbagiannya saling berkaitan, serta
pembahasan dan solusi yang ditawarkan bisa menjawab permasalahannya.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika mengedit artikel.
Beberapa tahapan dalam mengedit artikel antara lain:

1. Edit Umum
Adapun yang diperhatikan pada tahapan awal ini adalah:
· Apakah nomor halamannya sudah dicantumkan?
...

Selanjunya apa, kok artikelnya terpotong? Penasaran...?
Yuk, jadi warga Kampung Artikel WR, maka tips lengkap ini akan menjadi milik Anda!
Semangka!!



posted by ol

Tips Jitu Menulis Artikel



Oleh: Joni Lis Efendi
Direktur Writing Revolution

Artikel dalam artian umum hampir mencakup semua jenis karya ilmiah
populer. Jenisnya pun beragam di antaranya: opini, tajuk rencana, editorial,
esai, feature, kolom, resensi (buku, musik dan film), resep makanan, perawatan
tanaman, otomotif, olahraga, surat pembaca dan lain-lain. Namun yang bisa
diambil garis besarnya, semua jenis artikel tersebut memiliki format penulisan
yang hampir mirip.

Tentunya tidak semua jenis artikel itu yang akan kita pelajari di sini.
Namun lebih memfokuskan pada artikel yakni opini/tulisan pendapat, yang
lazimnya dimuat di koran-koran atau majalah. Penyebutan artikel (opini) adalah
untuk lebih memudahkan dalam penamaan dan kata ini juga lebih populer.

Menulis artikel di koran-koran, majalah atau tabloid sebenarnya tidaklah
susah. Jumlah halamannya pun tidak banyak biasanya berkisar antara 4
sampai dengan 6 halaman dengan spasi 2, atau antara 4000 s.d. 6000
karakter. Panjang halaman ini bisa kurang atau lebih tergantung dari...

Tertarik dengan kelanjutan artikelnya?
Ayok gabung di Sekolah Menulis Artikel Online....
keterangan lengkap dapat diperoleh di www.writing-revolution.com



posted by ol

Didera Penyesalan



Allah SWT akan selalu membuka pintu maaf bagi umatnya, kapanpun dan di manapun yang terpenting yang bersangkutan menyesali perbuatan dan bertobat. Tapi bila permintaan maaf untuk orang lain yang belum sempat terucap dan orang yang dimaksud telah tiada akan meninggalkan penyesalan yang mendalam. Inilah yang dirasakan Asti dalam penuturannya kepada penulis.

Perasaanku sedikit tenang saat suami mengijinkan untuk menjadi TKW ke Taiwan. Namun aku selalu perhatikan sikapnya yang nampak kurang begitu percaya padaku. Tapi aku maklum, karena krisis kepercayaan baru saja melanda rumah tangga kami. Aku yang salah! Ya…. Aku akui aku ini bukanlah seorang istri yang baik!
Aku membuka usaha kios sepatu di sebuah pasar daerah Jogja, usahaku sangat laris, sehingga kios akulah yang paling sering disetori oleh Karman yang biasa suplai sepatu ke kios-kios pasar. Mungkin tresno njalaran seko kulino, hingga aku dan Karman menjalin hubungan yang tidak semestinya kami lakukan.

Tapi sikap kami rupanya dicurigai para tetangga yang ada di pasar, hingga kabar hubunganku dengan Karman sampai juga ke telinga suamiku, pertengkaran dengan suami tidak bisa dielakkan lagi. Aku mengenal Mas Pri, suami penyabar tapi baru kali ini aku melihatnya marah. Aku memeberi alasan kepada suami, kalau aku sama Karman hanya berteman saja, karena sepatu yang aku order dari Karman bisa aku hutang dulu. Karena uang dari hasil penjualan sepatu aku pakai untuk keperluan lain.
Rupanya alasanku tidak meredakan emosi suamiku. Setelah aku menjauh dari Karman, secara otomatis aku harus mencari uang untuk membayar hutang yang jumlahnya puluhan juta rupiah.

Jadilah aku seorang TKW di Taiwan, kerjaanku hanya mengurus kakek dan nenek di daerah Hualien, selain tidak ada hari libur, nenek yang aku jaga super cerewet, uang gajiku yang seharusnya aku terima tiap bulan ditahan majikanku (anak nenek) yang tinggal di Taipei. Dari gaji aku hanya diberi 1000nt (Rp. 300.000) tiap bulan. Kadang bila kurang terpaksa hutang dulu sama teman, dalam kebingungan itulah aku berkenalan dengan orang Taiwan sebut saja namanya Ape. Usianya tidak muda lagi tapi dia baik hati, apa yang aku minta dia belikan termasuk pulsa, pikiran kotorku berkerja, aku ke Taiwan ingin mengumpulkan uang jadi aku tidak akan mengambil uang gajiku dari majikan dan aku akan selalu meminta dengan Ape.

Hampir 2 tahun aku kerja menjaga nenek, 1 tahun sudah aku berhubungan dengan Ape. Sepandai-pandainya menyembuyikan bangkai akhirnya ketahuan juga, aku dimarah majikan karena mengetahui hubunganku dengan Ape yang masih tetangga majikan. Dan aku langsung dibawa anak nenek yang tinggal di daerah Taipei.

Karena terlanjur kejelekanku diketahui majikan, akhirnya aku beranikan diri meminta semua gaji dan uang yang belum diberikannya padaku, dan majikan memberikannya walau aku dimarahi dan diancam akan dipulangkan. Dengan berbagai cara aku hubungi teman-teman yang ada di daerah Taipei, dengan bantuan seorang teman aku nekat melarikan diri dari rumah majikan yang kemudian membawaku ke daerah Taichung.

Dari sini petualangnku dimulai, selama 5 bulan menjadi kaburan aku sudah 5 kali ganti majikan, memasuki bulan ke-6 aku diajak membantu rumah makan khusus untuk orang-orang di karaoke, di tempat ini juga aku berkenalan dengan orang Taiwan, sebut saja namanya Rudy.

Hari itu sehabis berkaroke Rudy nampak mabuk, waktu aku usulkan untuk diantar pulang oleh taxi dia menolaknya, lalu aku memapah Rudy masuk kembali, dan kubirkan dia tertidur di sofa, namun saat aku akan masuk dalam kamarku Rudy telah mengikutiku. Dan akhirnya malam itu menjadi malam pertama tidur berdua yang berlanjut ke malam-malam berikutnya. Aku tidak bisa memastikan Rudy suka atau tidak denganku yang pasti aku merasa ada yang melindungi dan segala kebutuhanku tercukupi jadi gaji yang ku terima setiap bulan bisa ku kirim ke anakku di rumah.

Lima bulan aku menjadi teman kencan Rudy, hingga suatu hari aku kedatangan seorang tamu wanita yang membawa anak kecil, tanpa bertanya lagi wanita tersebut melabrakku dengan kata-kata yang tidak enak didengar, dari pembicaraannya dengan majikanku (yang punya tempat karaoke) ternyata aku baru tahu kalau wanita tersebut istrinya Rudy. Sebelum pergi istri Rudy mengancam kalau aku tidak menjauh dari suaminya dia tidak akan segan-segan lapor polisi. Lalau aku dengan terpaksa meniggalkan pekerjaanku.

Disaat aku memerlukan pekerjaan akhirnya dikenalkan dengan rumah makan kepunyaan orang Indonesia, di sini tugasku menyiapkan semua bahan masakan yang akan dimasak untuk para pekerja kantor. Selain rumah makan majikanku punya toko yang menjual barang-barang Indonesia. Walau badan capek namun aku kerasan karena majikanku baik, dan aku akan putuskan jika uangku sudah cukup akan segera menyerahkan diri ke polisi untuk pulang kampung.

Namun rupanya manusia boleh berencana, Allah yang menentukan segalanya, suatu malam aku di-sms anakku, mengabari kalau ayahnya masuk rumah sakit karena sakit mendadak, dan dirawat di ICU. Hatiku menjadi gelisah, aku ingin bicara dengan suami tapi dia sudah tidak sanggup bicara lagi, hanya bisa mendengar suaraku dan menangis sejadi-jadinya. Hatiku semakin sedih perasaan bersalah serasa menggunung dalam dadaku.

Hari itu perasaanku tidak enak, dugaanku tidak meleset marena adikku telpon kalau suamiku telah tiada, waktu itu aku hanya bisa menangis karena kesalahan yang pernah aku lakukan seakan ada dihadapan mataku. Aku benar-benar ingin meminta maaf atas dosa-dosaku terhadap suami. Hari itu juga aku bilang ke majikan kalau aku ingin segera pulang kampung, demi menggantikan tugasnya menjaga anak-anakku.
Akhirnya aku putuskan menyerahkan diri ke kantor polisi.

Asti hanya bisa pasrah, 10 hari sudah suaminya meninggal. Tidak ada air mata yang keluar lagi saat menceritakan kisahnya dengan penulis.
“Walau aku nangis air mata darah pun tidak akan bisa menebus kesalahanku pada suami, aku hanya bisa berdo’a untuk dia.” Ujar Asti dengan nada penyesalan. Dan kini Asti berada di sel tahanan Sinchu untuk proses pulang kampung.

Melihat keadaannya, penulis merasa kasihan, dengan sisa uang yang ada penulis belikan dia segala keperluan selama menunggu di tahanan, dari uang makan juga pulsa. Penulis juga mencoba menghubungi orang KDEI dan ketua Shelter. Dua minggu kemudian perasaan menjadi lega, karena dapat kabar dari KDEI bahwa Asti akan segera dipulangkan ke tanah air.