Senin, 25 Juli 2011

Ironis, Parlemen Memble Hasilkan Perda


Senin, 25 Juli 2011 , 16:54:00 WIB

SUNGGUH mengejutkan membaca laporan sebuah koran nasional. Diberitakan, Kementerian Hukum dan HAM terpaksa membatalkan sekitar 400 peraturan daerah (Perda). Produk konstitusi sinergitas DPRD dan Pemerintah Daerah itu dipangkas habis. Sebab, banyak perda bertabrakan dengan konstitusi tertinggi yaitu UUD 1945. Tidak kalah memprihatinkan membaca data Kementerian Dalam Negeri. Saat ini, ada sekitar 175 perda yang diminta untuk dibatalkan pada semester 1 tahun 2011. Tahun sebelumnya, 407 perda resmi dibatalkan. Sungguh ironis, sebab ini menandakan adanya kekacauan legislator dan eksekutif merumuskan sebuah kebijakan pro rakyat.

Hemat penulis, angka statistik dua kementerian menghasilkan dua kesimpulan. Pertama, Indonesia sedang dilanda krisis legislasi sebab banyak kebijakan kontraproduktif. Di tengah ruwetnya problematika bangsa, para “orang pintar” parlemen dan pemerintahan masih malas menghasilkan kebijakan pro rakyat. Sungguh prihatin, sebab mereka dipilih rakyat tapi mengabaikan amanah itu.

Dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, sebenarnya sudah dijelaskan tugas parlemen. Salah satunya adalah bersama eksekutif menghasilkan undang-undang untuk melindungi kepentingan rakyat. Tapi herannya, mereka sibuk menghasilkan produk legislasi yang justru merobek hati rakyat. Dalam beberapa kasus perda yang dihasilkan cenderung melegalkan kepentingan pengusaha dan pemodal asing.

Kedua, gejala pembatalan perda menjadi bukti jelas lemahnya kapasitas pemerintah daerah dan DPRD. Kegagalan menghasilkan undang-undang semakin menjelaskan kualitas anggota parlemen hasil Pemilihan Umum 2009. Tidak heran masyarakat menilai pemilu hanya ajang politik uang, bukan penghasil anggota parlemen berkualitas. Menyedihkan, sebab jika dibiarkan kepercayaan rakyat akan terus menurun.

Para anggota DPRD memang tak harus menguasai semua subtansi persoalan sebuah perda. Tapi mereka harus menggunakan logika dan berpikir strategis. Sebab anggota dewan dilengkapi perangkat staf ahli dan masa reses untuk menyerap aspirasi rakyat. Bukan sibuk mIroembahas persoalan teknis seperti titik dan koma sehingga kerja legislasi lebih efektif.

Gejala pembatalan perda  juga dipengaruhi akibat kebiasaan mempolitisasi perda. Sehingga perumus kebijakan tidak lagi memikirkan kebermanfaatan masyarakat. Kesadaran makin menipis akibat masing-masing partai memainkan otoritasnya. Perbedaan kepentingan antar partai menghasilkan fragmatisme. Hasil akhirnya dapat ditebak, produk yang dihasilkan hanya memikirkan kepentingan partai dan menguntungkan dirinya. Borjuasi politik terjadi, rakyat pun gigit jari.

Kedua, perda lebih sering dibisniskan. Banyak terjadi, perda hanya menguntungkan pemodal besar. Perda rokok misalnya, gagal berjalan efektif sebab “dirampok” kepentingan bisnis pengusaha rokok. Jadilah perda tak ubahnya pasal karet hasil kombinasi dan negoisasi antar berbagai kepentingan politik sehingga wajar akhirnya banyak “kecelakaan” tabrakan dengan UUD 1945.

Mengutip Refly Harun, kesalahan orientasi akibat faktor kesalahan cara pandang. Dalam sebuah perda, banyak anggota dewan malas membahas legislasi karena lebih berat kerjanya. Mereka lebih banyak tertarik fungsi budgeting dan pengawasan, karena bisa memainkan proyek pemerintah. Ini berdampak orientasinya bukan hasil tapi lebih pada tersedotnya anggaran dan fasilitas.

Sebaiknya parlemen berfokus membahas persoalan strategis sehingga menghasilkan perda berkualitas. Jangan demi kepentingan pribadi dan partainya, kepentingan rakyat terabaikan. Sebab politisasi undang-undang akan Irnomemperburuk citra dan melukai hati pemilihnya. Sudah waktunya, anggota DPR dan pemerintah menghasilkan undang-undang yang dapat dirasakan rakyat hingga level terbawah. Adanya staf ahli DPRD harus menjadi pemicu perbaikan, bukan sebatas menghabiskan anggaran negara.  

Kompetensi menjadi indikator utama memilih staf ahli, bukan kedekatan personal saja. Sehingga dapat memperkuat dan menyusun draft perda yang dibekali data, informasi dan logika berdasarkan kebutuhan rakyat. Sehingga kejadian pembatalan perda tidak akan terulang kembali.


Oleh : Inggar Saputra

Siswa, Marilah Menulis

Oleh : Hendra Sugiantoro | 13-Jul-2011, 09:47:03 WIB


KabarIndonesia - Banyak hal dialami siswa di sekolah, baik yang menyenangkan maupun menyedihkan. Alangkah baik apabila hal itu dituliskan. Siswa juga perlu menuliskan aspirasi dan uneg-unegnya terhadap kebijakan pendidikan maupun kebijakan di sekolah.

Siswa memang perlu bersuara lewat tulisan dan mempublikasikannya. Mungkin siswa menulis tentang ketidaknyamanan belajar di sekolah, ketakutan terhadap guru tertentu, fasilitas sekolah yang terbengkalai, dan sebagainya. Siswa juga bisa menulis tentang guru yang dikaguminya. Bahkan, tak ada salahnya apabila membuat tulisan kepada pemerintah terkait kebijakan pendidikan.

Agar tulisan bisa terbaca secara luas, siswa bisa mempublikasikannya ke media massa. Rubrik surat pembaca di surat kabar bisa digunakan. Jika ada uneg-uneg dan aspirasi kepada pemerintah, siswa bisa juga mengirimkannya lewat pos. Tulisan siswa itu sangatlah berguna. Pemerintah, pihak sekolah maupun pihak-pihak lain bisa membaca isi pikiran dan hati siswa yang sesungguhnya. Dari tulisan siswa itu, perbaikan dan perubahan positif terkait penyelenggaraan proses pendidikan bisa saja tercipta. Wallahu a’lam.

Penulis, pegiat Pena Profetik&Anggota Writing Revolution, tinggal di Yogyakarta


Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/
Alamat ratron (surat elektronik): redaksi@kabarindonesia.com
Berita besar hari ini...!!! Kunjungi segera:http://www.kabarindonesia.com//

Kamis, 21 Juli 2011

Menulis Menembus Batas

Oleh: Dian Sukma Kuswardhani

Batas apa yang harus ditembus untuk menghasilkan tulisan yang menarik? Jika Anda hobi menulis fiksi, salah satu tips penulisan ini mungkin bisa membantu Anda dalam menulis karya. Menulis fiksi memang berbeda dengan menulis tulisan ilmiah atau artikel. Unsur imajinasi adalah kekuatan dari tulisan-tulisan fiksi. Memang ada tulisan fiksi yang ditulis berdasarkan kisah nyata. Tetapi tanpa tambahan imajinasi, tulisan akan terasa hambar.

Imajinasi bisa berkembang sesuai dengan tema yang kita inginkan. Tema sendiri, bisa kita temukan dimana-mana dan kapan saja. Tetapi untuk menjadikan tema tersebut unik dan bisa diolah menjadi karya yang berbeda dengan tulisan lain yang pernah ada, kita harus berani menembus batas. Dalam pepatah lama dikatakan ‘to be creative, we must think out of the box’. Keluarkanlah pikiran dan imajinasi kita dari dalam kotak. Kita tembus batas-batas yang ada di ‘pikiran kebanyakan orang’ sehingga apa yang kita hasilkan menjadi unik.

Tidak sulit untuk melakukannya. Anda hanya harus memelintir tema-tema umum menjadi sedikit ‘nyeleneh’. Misalnya sebuah perlombaan meminta Anda menulis sebuah cerita tentang hujan. Anda boleh inventaris apa-apa yang bisa Anda tulis, misalnya hujan hingga menyebabkan banjir, hujan yang syahdu dan melukiskan kesedihan, hujan yang tak kunjung datang, dan seterusnya. Apakah menurut Anda itu tema yang unik? Sudah banyak orang yang menuliskan kisah dengan tema-tema demikian.

Sekarang lompatlah dari pagar pikiran Anda dan temukan sesuatu yang berbeda. Mengapa Anda tidak sedikit ‘nyeleneh’ dengan menceritakan tema hujan batu? Atau hujan uang? Atau hujan darah kalau Anda ingin menulis genre horor? Atau tiba-tiba hujan tidak turun dari langit tetapi sebaliknya air di bumi mengucur bagai hujan ke langit? Memang kedengaran aneh, tetapi akan jadi menarik bila cerita ini kita garap dengan apik.

Hanya saja, ada satu hal lagi yang harus Anda ingat. Semakin aneh tema yang Anda angkat, tidak berarti semakin bagus kualitas tulisan Anda. Tema yang aneh/unik tidak berkorelasi setara dengan kualitas tulisan Anda. Tetap saja cara penyajian Anda menjadi penting untuk membuat tulisan Anda bagus atau tidak. Tema yang aneh, tema yang unik, tema yang menembus batas, hanya membantu Anda untuk membuat tulisan lebih menarik. Nilai lebih berikutnya, kembali pada racikan bumbu yang Anda berikan. Selamat mencoba.


Sumber: http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2169316-menulis-menembus-batas/#ixzz1RtwJL17U

Kantong Ajaib

Oleh: Dian Sukma Kuswardhani

Saya yakin sebagian besar dari kita akan langsung merujuk kepada robot kucing berwarna biru kawan baik Nobita begitu membaca judul di atas. Siapa lagi yang punya kantong ajaib kalau bukan Doraemon? Kantong ajaib Doraemon, berisi alat-alat canggih yang dapat membantu Nobita menyelesaikan masalahnya atau membuat permasalahan baru. Tetapi apapun itu, kantong ajaib telah menjadi sumber ide cerita dari kisah Nobita dan Doraemon.

Sebagai penulis (yang saya maksud di sini adalah semua orang yang hobi menulis), seharusnya juga mempunyai kantong ajaib. Karena saat kita mentok tidak punya ide, kita bisa mendapatkannya dari kantong ajaib kita. Bagaimana cara memiliki kantong ajaib tersebut? Apakah harus membeli dari Doraemon? Tentu saja tidak.

Kita bisa membuat sendiri kantong ajaib kita. Bentuk dan jenisnya, bisa kita tentukan sesuai dengan kebutuhan kita. Bisa handphone (saya rasa sebagian besar kita memilikinya), bisa laptop, atau yang paling sederhana buku catatan. Akan saya berikan beberapa tips berbelanja untuk mengisi kantong ajaib kita.

Tidak bisa dipungkiri ada saat-saat ide mengalir begitu deras dan terjun bebas seperti air terjun alias berlalu begitu saja. Sayang sekali rasanya melewatkan obral besar ini. Karenanya, siapkanlah kantong ajaib kita untuk menampung ide yang sedang diobral ini. Belanjalah sebanyak-banyaknya sebelum harga ide kembali mahal dan kita tak mampu membelinya. Tuliskan segera. Bila tak sempat juga, rekam dalam bentuk kata-kata. Simpanlah karena suatu saat, saya yakin kita pasti membutuhkannya. Bila kala paceklik ide datang atau saat ada perlombaan yang berkaitan dengan isi kantong ajaib kita, dengan mudah kita tinggal mengeluarkannya. Selanjutnya hanya perlu meramunya menjadi tulisan yang kita mau.


Sumber: http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2169319-kantong-ajaib/#ixzz1RtwgOycy

Hikmah Di Sebalik Kegagalan

Oleh: Ghara Xie Melati

Kadang saya merasa marah, sedih, kecewa dan putus asa dengan harapan-harapan yang sudah saya bikin. Berniat untuk menyerah lalu pasrah terseret arus budaya dominan. Namun nasehat, dukungan, semangat yang datang dari para sahabat, keluarga dan orang orang terdekat saya, selalu membuat harapan dan semangat itu menyala kembali.

Melihat para sahabat dan orang orang di luar sana berkarya dan berekspresi semakin menambah amunisi saya untuk bangkit, dan menciptakan alternatif baru dalam mensikapi kenyataan yang harus saya terima. Tanpa saya sadari semua membuat saya merasa lebih hidup dan saya akan terus mencoba untuk memaknai hidup itu sendiri.

Saya sadar jalan tidak selamanya rulus. Banyaknya tikungan, naik turun akan lebih membuat saya mengerti dan memberi pengajaran tersendiri kalau saya bisa mensikapinya. Seperti berdiri di bawah sinar mentari di tengah hari bolong, cinta, persahabatan, tangis dan tawa menjadi semangat yang membakar yang membuat saya tetap tersenyum di tengah hari yang menyengat pedas, yang mampu memberikan energi kreatif dan warna baru dalam setiap lembar perjalanan saya.

Mungkin benar dan memang begitulah semua orang mengatakan. Kegagalan bukan berarti tamat. Kegagalan itulah keberhasilan yang tertunda. Dari kegagalan yang saya alami saya akan belajar, setidaknya saya sudah tahu kenapa saya gagal, saya tahu apa yang belum saya lakukan sehingga saya gagal, semoga semua menjadi tolak ukur untuk saya mempersiapkan yang akan datang dengan baik, setidaknya saya tidak akan mengalami kegagalan lagi pada hal yang sama.

Semoga !!!! :-)

Lupakan Masa Lalu, Raihlah Mimpimu!

Oleh: Abdushshabur Ridho
Pemimpi, menurut sebagian para pelaku dunia training motivation mereka mengatakan bahwa pemimpi adalah mereka yang memiliki segenap mimpi yang jelas dan ingin direalisasikannya. Dan pemimpi adalah mereka yang memiliki segenap keberanian mengambil resiko dan konsekuensi dari setiap mimpi yang diinginkannya. Mimpi di sini adalah sebuah keinginan atau harapan kita di masa yang akan datang, baik itu mimpi dalam jangka pendek atau mimpi jangka panjang. Pada kenyataannya seorang pemimpi tak hanya cukup hanya memiliki satu mimpi saja di dalam hidupnya.

Merealisasikan mimpi, pernahkah kita berpikir tentang hal tersebut? Berpikir tentang bagaimana cara kita dan kapan kita bisa merealisasikan bisa mimpi-mimpi kita tersebut. Pasti kita ingat dengan sebuah potongan lirik penyemangat bagi setiap pemilik mimpi,pada lirik itu dikatakan bahwa “mimpi adalah kunci untuk kita menaklukan dunia”, lalu bagaimana cara kita untuk merealisasikan mimpi kita tersebut dan memuaskan hasrat dan keinginan kita atau bahkan bukan tidak mungkin kita juga mampu menaklukan dunia seperti lirik di atas.

Nah, tulisan ini saya persembahkan bagi setiap pemimpi-pemimpi di sekitar kehidupan saya dan juga sebagai penyemangat bagi diri saya sendiri dalam tahap merealisasikan mimpi-mimpi kita tersebut. Seperti sebelumnya kita ketahui bahwa setiap orang adalah seorang pemimpi dan setiap orang pasti mempunyai cita-cita dan impian dalam hidupnya tetapi kenyataan yang dialami oleh para pemimpi tersebut adalah kebanyakan dari mereka seakan bingung dan sulit merealisasikan mimpi-mimpi tersebut.

Hal pertama yang akan saya jelaskan adalah tentang satu hal yang memengaruhi kita tentang permasalahan mengapa kita sulit merealisasikan mimpi. Seorang pemimpi biasanya memiliki masalah dengan internalnya sendiri, yaitu kadang kita terjebak dengan kehidupan masa lalu kita. Disaat kita mempunyai sesuatu mimpi yang hendak diwujudkan namun seringkali menemui gagal sehingga samapai saat inipun kita tidak dapat terlepas dari bayangan masa lalu yang kelam tersebut. Kita selalu mengingat tentang kegagalan-kegagalan dimasa lalu seakan kegagalan itu menjadi sebuah patokan dasar yang tidak dapat lagi kita lampaui dan lolos darinya.

Sehingga terkadang hambatan yang sifatnya internal tersebut sangat sulit kita hadapi dan kita kalahkan. Padahal jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda dari kebanyakan justru kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda dan kadang keberhasilan dan kegagalan hanya didipisahkan oleh kata hampir. Jika dalam melakukan suatu kegiatan kita sering mengatakan bahwa “saya hampir berhasil” tetapi setelah itu kita berhenti dari kegiatan tersebut, namun pada dasarnya tetap saja kita gagal kecuali dengan kegagalan tersebut membuat kita semakin terpacu untuk mencobanya lagi, lagi dan lagi.

Dan hal utama yang harus dilakukan untuk meng-counter permasalahan internal tadi adalah dengan kita mencoba memfokuskan tujuan ke masa depan serta memperjelas kembali mimpi-mimpi kita. Maksunya memperjelas adalah dengan kita menuliskan mimpi-mimpi kita tersebut di dinding-dinding kamar kita dan tidak hanya sekedar diingatan kita, serta mulailah mencari informasi terkait mimpi kita sehinga kita semakin memahami mimpi kita tersebut secara lebih konverhensif.

Semoga setelah membaca tips awal terkait merealisasikan mimpi ini kita mampu meaplikasikannya mulai saat ini karena pada dasarnya bermimpi merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan tetapi jangan sampai mimpi-mimpi itu hanya bisa menjadi sebuah khayalan belaka tanpa ada keinginan untuk merealisasikannya. Maka dari itu mulai dari sekarang cobalah lakukan hal-hal positif untuk mendekatkan kita kepada mimpi-mimpi tersebut, lakukan sekarang atau gagal.

Menulis Itu Tentang Proses, Bukan Hasil

Oleh: Abdushshabur Ridho
Kita pasti pernah beranggapan bahwa menulis itu adalah pekerjaan para intelektual atau pekerjaan mereka orang-orang pintar, namun apakah oring-orang pintar itu menulis? Ternyata tidak juga, masih banyak orang-orang pintar yang tidak mau menulis. Ketidakinginan ini ditutupi dengan berbagai alasan, mereka beralasan ingin membuat sebuah tulisan yang baik, disertai dengan data fakta, ingin dengan tulisannya menjadikannya hebat dimata orang lain yang membacanya atau dengan segala motivasi yang menuntut kesempurnaan lainnya. Menurut saya bukan seperti itulah penulis yang pintar. Ketika membicarakan tentang menulis, maka menulis adalah kita bicara tentang sebuah proses, bukan orang pintar ataupun hasil dan tanggapan orang lain tentang tulisan yang dibuat. kebanyakan kita hanya membicarakan hasil yang hanya bernilai 1%, dan hanya sedikit orang membicarakan proses yang bernilai 99% dari sebuah kesuksesan dalam menulis.

Maka penulis pintar adalah mereka yang mau belajar, mau mencoba serta lebih membicarakan proses daripada hasil. Mereka tidak memikirkan kesempurnaan dalam tulisannya. Karena tuntutan kesempurnaan dalam proses menulis telah membuat kebanyakan orang untuk mencari zona aman, mereka menganggap lebih baik tidak menulis dari pada dicerca orang lain. Padahal menulis adalah cara kita mengekspresikan gagasan, pendapat, serta pandangan tertentu yang ada dalam pikiran kita. Kalaupun ada yang menolak gagasan kita tidaklah masalah karena hal itu justru menjadi sebuah dinamika untuk membuat tulisan dan pikiran kita lebih berkembang.

Lalu jalur apakah yang ingin kita lalui, Menulis karena pintar atau menulis untuk menjadi pintar? Pilihan yang tidak sulit. Maka, menurut saya untuk mulai menulis poin utama adalah keinginan, sebuah keinginan akan menghasilkan sebuah gagasan atau ide yang kita implementasikan dalam sebuah tulisan, kapanpun, dimanapun, oleh siapapun. Jadi, tunggu apa lagi kawan? Menulislah atau terlupakan.

Menulis Butuh Motivasi

Oleh: Abdushshabur Ridho

Sebelumnya penulis pernah mendengar kisah dari salah seseorang teman yang juga memiliki hobi menulis, sebut saja “A”, disaat masa SMA-nya yang ternyata yang sangat memacu ia untuk terus menulis saat itu adalah motivasinya untuk menuangkan ide-ide dan gagasan tentang pendidikan dan goalnya adalah agar tulisannya dimuat di media dan dibaca banyak orang, entah lewat media cetak, ataupun media online seperti blog dan notes facebook dan setelah itu semua tercapai seakan keinginannya untuk menulis mulai mengendur sampai akhirnya dia menemukan sebuah motivasi yang baru untuk menulis.

Dapat digambarkan dalam prolog di atas bahwa motivasi serta goal yang diinginkan sangat dibutuhkan bagi siapa saja untuk menulis. Banyak motivasi mengapa seseorang ingin menulis, dan menurut salah satu teman juga ia memberikan pendapat bahwa menurutnya dengan menulis kita dapat memberi informasi kepada orang lain. Singkat memang jawabannya, karena kenyataannya memang seperti itu. Lewat tulisan, kita bisa mengaktualisasikan diri kita mengenai pandangan  terhadap sesuatu atau pun hanya ingin memberi informasi mengenai suatu hal yang dirasa bermanfaat untuk orang banyak.

Selain beberapa pendapat dari teman penulis di atas, masih sangat banyak motivasi-motivasi lain agar seseorang mau untuk mulai menulis. Diataranya adalah menulis karena ingin keberadaannya sebagai penulis diakui dengan memenangkan lomba esai atau memuat tulisannya di media cetak dan yang lainnya. Motivasi lainnya mungkin ingin suatu saat dapat menghasilkan sebuah buku yang bestseller dan dibaca oleh banyak orang, ataupun ingin menyebarkan kebaikan dan menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain lewat tulisan yang dibuat dan segala bentuk motivasi lainnya.

Sedangkan bagi penulis sendiri, penulis merasa sudah terlanjur mau untuk menulis. Alasannya sangat sederhana, "menulis atau terlupakan". Motivasi utama penulis untuk tetap menulis adalah karena penulis sangat ingin mengabadikan ide-ide yang banyak menyeruak di dalam otaknya, jadi tanpa menulis semua akan terlupakan saja. Guna meralisasikan motivasi ini, penulis tidak segan-segan untuk mencatat ide-ide yang tiba-tiba muncul di dalam sebuah catatan kecil atau di note handphone. Kemudian motivasi yang satu ini juga diikuti dengan motivasi-motivasi pendukung lainnya yang mungkin merupakan motivasi kebanyakan penulis juga, yaitu seperti berbagai motivasi yang telah disebutkan di atas.

Dapat diibaratkan bahwa motivasi bagi seorang penulis adalah bagaikan sebuah sumber energi tersendiri. Untuk mendapatkan motivasi terbaik, maka munculkanlah motivasi-motivasi yang layaknya seperti energi matahari yang selalu dan tidak akan pernah habis walaupun telah memberikan energinya bagi siapa saja yang membutuhkannya. Sebuah motivasi yang tiada habis, tiada padam dan tiada luntur walau apapun yang terjadi kepada penulis tersebut. Saran penulis munculkan seluruh motivasi menulis hanya untuk Allah, gabungkan dan ikhlaskan semua motivasi di atas dengan motivasi utama untuk Allah niscaya motivasi itu tidak akan pernah padam dan luntur. Selain itu, insyaAllah semua ide-ide brilian akan mengalir bagaikan air di dalam otak kita. Mau mencoba? Maka dari itu, menulis yuk!!

Menulis Itu Gampang

Oleh: Abdushshabur Ridho

Mungkin bagi teman-teman yang sudah membaca notes penulis yang bertemakan "menulis yuk" sebelum-sebelumnya, tentunya telah mengetahui bahwa menulis itu merupakan sebuah proses tidak instan dan berproses tetapi nyatanya penulis sendiri sudah merasakan kenikmatan dan kemudahan menulis walaupun belum melalui proses yang panjang. Memang hasilnya sama sekali belum memuaskan apalagi membanggakan tetapi nyatanya hal tersebut sudah mampu membuktikan kepada sebagian orang yang beranggapan bahwa menulis itu sulit bahwa anggapan mereka ternyata terbantahkan. Dan penulis sendiri, yang notabene baru mulai hobi ini sejak akhir semester 1 tahun lalu, mengganggap bahwa menulis itu gampang dan menyenangkan.

Jangan dulu menganggap bahwa penulis sombong, ucapan penulis ini sangat bisa dibuktikan dengan memberikan sebuah contoh unik yang memang sudah biasa kita lakukan setiap hari bahkan setiap jam atau mungkin setiap menit, hal itu adalah menulis sms. Yap, contoh yang unik kan?,  bayangkan jika kita kumpulkan sms-sms yang kita kirimkan ke teman-teman kita, mungkin dalam sehari kita mampu mengumpulkan 1 halaman A4 dari semua sms tersebut.

Begitu juga dengan menulis, perlu adanya sebuah pembiasaan di mana hal ini nantinya membuat kita tidak lagi merasa berat hati untuk mulai menulis tetapi justu menunggu-nunggu kapan bisa punya waktu untuk menulis, dengan begitu bukan tidak mungkin kita mampu menulis minimal 1 halaman per hari seperti halnya contoh di atas. Ingat, kuncinya pembiasaan dan kebiasaan.

Ternyata masih belum gampang, saran dari penulis selanjutnya adalah jangan dulu memulai untuk menulis hal-hal yang berat-berat. Mulai dari hal-hal yang ringan-ringan dulu, tuangkan semua ide-ide ataupun yang kita pikirkan dan bayangkan di otak kita, mungkin nantinya hasil tulisan berupa keluh-kesah, diari sukur-sukur bisa berbentuk sebuah narasi. Intinya tak perlu memaksakan diri, pembiasaan dan kebiasaan itu tidak bisa dipaksakan.

Jangan lupa menulis itu dapat dilakukan di mana saja, tidak perlu menunggu di rumah, di kosan atau tempat-tempat yang nyaman bahkan penulis sendiri pernah mencoba menulis di dalam sebuah bus dalam perjalanan dari depok-jakarta. Atau tidak perlu harus menunggu kesempatan di depan laptop dulu untuk menulis, dengan catatan kecil di tangan ataupun dengan bermodalkan notes handphone saja kita sudah bisa menuangkan ide kita dalam sebuah tulisan. Pernaha ada yang mencobanya?

Nah, masih ragu untuk mencoba menulis, apa lagi yang ditunggu? Ide itu tidak muncul hanya untuk dipikirkan dan mengendap di dalam otak saja, menulislah sebagai sarana kita dalam menuangkan ide-ide tersebut. Menulislah atau terlupakan, dan tentunya kita ingin suatu saat kita dapat kembali mereview ingatan kita ke sebuah masa-masa lampau yang telah kita lewati, maka dari itu menulislah. Menulis itu gampang kan?!

Menulis itu Memperpanjang Usia

Oleh: Abdushshabur Ridho

Dari sekian banyak manfaat dari menulis, diantaranya adalah dengan menulis, kita dapat merekam secara utuh kejadian-kejadian yang kita anggap menarik untuk kemudian kita baca kembali suaktu-waktu, lalu menulis juga mampu mengembangkan kualitas otak kanan dan menyeimbangkan otak kiri yang selalu kita gunakan saat belajar, apalagi bagi para mahasiswa. Adalagi, dengan menulis kita dapat menjadi orang yang dikenal oleh para pembacanya atau bahkan kita bisa mendapatkan hadiah atau honor dari apa yang dituliskan, jika tulisan tersebut kita lombakan atau kita kirim ke media. Namun, dari sekian banyak manfaat menulis yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu yang mungkin jumlahnya akan sangat banyak. Maka, manfaat menulis yang kini sangat terngiang di pikiran penulis saat ini adalah "dengan menulis maka akan memperpanjang usia".

Apa maksudnya memperpanjang usia? Mungkin sebagian pembaca sudah dapat menebak inti bahasan tulisan kali ini, lalu apakah tulisan ini akan penulis sudahi begitu saja, tentunya tidak. Karena penulis akan coba membahas tema ini dari sudut pandang penulis sendiri. Kita mulai dari perkataan Sahabat sekaligus khulafaur rasyidin, yaitu Ali Bin Abi Thalib Ra.

"Semua penulis akan mati.
Hanya karyanyalah yang akan abadi.
Maka tulislah sesuatu yang membahagiakan dirimu di akhirat nanti."

Yap, dari sinilah mungkin akhirnya saat ini kita mengetahui bahwa menulis itu dapat memperpanjang umur sekaligus mengumpulkan kebaikan ketika tulisan-tulisan yang kita buat mampu memberikan pemahaman kepada pembaca atau bahkan menginspirasi para pembaca tersebut untuk bersikap dan berprilaku seperti apa yang kita tuliskan, itung-itung amal jariyah juga kan.

Nah, nah berbicara tentang usia. Pernah dengar yang namanya usia sejarah? Usia sejarah ini pastinya selalu melebihi usia manusia itu sendiri, jika usia manusia itu rata-rata sekitar hanya 63tahun saja, maka usia sejarah manusia masih mungkin menembus angka 100tahun atau bahkan lebih dari itu. Usia sejarah ini biasanya baru diperhatikan ketika pemilik usia sejarah ini telah meninggal, namun orang yang meninggal ini meninggalkan sesuatu hal yang terus dapat di rasakan manfaatnya atau dikenang oleh banyak orang.

Usia sejarah ini bisa kita miliki dengan cara kita menulis. Pernah berpikir bahwa para penulis, yang mungkin sekarang bukunya sedang kita baca, bahwa umur mereka mungkin pada dasarnya telah berakhir berapa puluh atau beberapa ratus tahun yang lalu. Namun hebatnya kita tetap dapat mengenalnya serta merasakan manfaat keberadaannya di dunia seakan mereka belum mati. Itulah fungsi menulis sebagai memperpanjang usia sejarah, bukan memperpanjang usia dalam arti yang sebenarnya.

Maka dari itu mulailah menulis, manfaatkan waktu kita dengan kegiatan-kegiatan yang berguna, dan menulis adalah salah satu pilihan kegiatan berguna tersebut. Mulailah menulis, tuliskan apa yang mau kita tuliskan jangan sampai kejadian-kejadian menarik yang terjadi pada kita terlupa begitu saja. Jadikan momentum menulis sebagai sarana mencari sekaligus berbagi ilmu. Sukur-sukur kita bisa seperti tokoh-tokoh yang sering bukunya kita baca. Atau minimal kita dapat memperpanjang usia sejarah untuk orang-orang terdekat kita. Karena pada dasarnya setiap yang bernyawa pasti akan mati, dan dengan menulis (beramal jariyah) ini kita mampu memperpanjang usia sejarah kita sekaligus mengumpulkan kebaikan untuk bekal kebahagiaan di akhirat kelak seperti apa yang dikatakan oleh sahabat Ali Ra.

Imam Suyuthi, Menulis Tak Tertandingi

Oleh: Hendra Sugiantoro

Mungkin ia sulit dicari tandinganya dalam menggoreskan pena. Entah berapa lembar setiap harinya, ia diakui telah menghasilkan lebih dari 300 buku dan tulisan-tulisan pendek. Bahkan, ahli sejarah Ibnu Iyas yang juga murid Imam Suyuthi menyebut karya beliau ada 600 buku. Lain dengan Said al-Manduh, murid Imam Suyuthi lainnya, bahwa gurunya telah menulis 725 buku.
Seberapa tepatnya karya Imam Suyuthi, produktivitas menulisnya tetap menakjubkan. Beliau lahir di Kairo pada 849 H atau 1445 M dan mengaku telah menghafal Al-Qur’an sebelum berusia 8 tahun. Dari ratusan karya Imam Suyuthi, ada sekitar 20-an buku terkait bidang tafsir Al-Qur’an. Karya-karya itu antara lain al-Itqan fi ‘Ulum Al-Qur’an, ad-Durr al-Manshur fi at-Tafsir al-Ma’sur, Tarjuman Al-Qur’an fi at-Tafsir al-Musnad, Asrar at-Tanzil, Lubab an-Nuqul fi Asbab an-Nuzul, Mufhamat al-Aqran fi Mubhamat Al-Qur’an, al-Iklil fi Istinbat at-Tanzil, Takmilah Tafsir asy-Syaikh Jalaluddin al-Mahalli, at-Takhbir fi Ulum at-Tafsir, dan Hasyiyah ‘ala Tafsir al-Baidawi.

Selain menulis di bidang tafsir, ia juga menulis di bidang lainnya. Ada sekitar 95 karya beliau di bidang hadits, sekitar 21 di bidang bahasa, sekitar 35 karya di bidang ilmu-ilmu Arab, sekitar 21 karya di bidang al-bayan dan tasawuf, sekitar 50 karya di bidang sejarah dan sastra, dan berbagai karya lainnya.
Imam Suyuthi merupakan salah satu ulama besar Islam yang tekun menulis. Konon, ia mulai menulis sejak usia 17 tahun dan pada usia 40 tahun berketetapan uzlah untuk menuliskan ilmu. Imam Suyuthi meninggalkan dunia ini pada usia 61 tahun.

Bendera Kuning Pendidikan Nasional

21 July 2011


Bangsa besar adalah bangsa yang maju secara pendidikan. Pendapat itu agaknya sulit terbantahkan mengingat pendidikan sebagai fondasi dasar pembangunan. Keinginan mengembangkan potensi SDM banyak diwarnai kebijakan pendidikan. Tidak heran, banyak negara di dunia memprioritaskan anggaran pendidikan lebih besar dibandingkan sektor lainnya.

Kepedulian terhadap pendidikan memang layak diapresiasi tinggi. Kita sudah melihat bagaimana kemiskinan, kebodohan dan kriminalitas dilahirkan akibat terpinggirkan kualitas pendidikan. Lemahnya pengawasan (control) terhadap dunia pendidikan berbanding lurus kehancuran suatu bangsa.
Tepat rasanya kita mengambil teladan dari bangsa Jepang.  Pasca kekalahan telak Perang Dunia, Jepang secepatnya membenahi dunia pendidikan. Secara massif pemerintah Jepang meningkatkan kualitas guru dan melakukan ekspansi besar – besar penerjemahan buku. Sehingga pelan terjadi kebangkitan pendidikan, ekonomi dan kehidupan sosial masyarakat Jepang.

Indonesia sebagai sebuah bangsa sendiri tidak sepantasnya tertinggal dari Jepang. Sebab pendidikan Indonesia mengandung banyak potensi keunggulan seperti sudah dilegalkan konstitusi, jumlah penduduk yang melimpah dan menjamurnya universitas. Mengutip Paulo Freire “ pendidikan adalah alat mencerdaskan manusia” Jadi misi mencerdaskan kehidupan bangsa seharusnya dapat dilaksanakan.

Ironisnya dalam percaturan pendidikan dunia, kualitas pendidikan Indonesia masih tertinggal jauh. Berdasarkan data Global Competitive Country, pendidikan Indonesia menempati peringkat 50 dunia. Tertinggal jauh dari Malaysia (peringkat 26) dan Thailand (peringkat 30).

Dalam kesempatan lain, UNESCO dalam Education Development Index menyatakan bahwa, tingkat perkembangan pendidikan Indonesia terletak pada peringkat 102 dunia. Tidak kalah mengerikan, bebas buta aksara masyarakat indonesia berada pada peringkat 95 sebesar 87,9%.

Kenyataan itu tentu meninggalkan keprihatinan mendalam, sebab pemerintah masih kurang serius membenahi dunia pendidikan nasional. Malaysia dulu banyak mengirimkan pelajar ke Indonesia agar pembangunan Malaysia meningkat. Kondisi sekarang terbalik, banyak pelajar Indonesia justru bangga belajar di Malaysia.

Selain faktor lemahnya daya saing, kelemahan politik anggaran pendidikan dituding mengakibatkan kegagalan pendidikan Indonesia. Amanat konstitusi agar pemerintah memberikan suplai 20% anggaran negara tidak pernah tercapai. Konsekuensinya, pendidikan menjadi mahal dan hanya dapat dinikmati kalangan mampu.

Repotnya, pemerintah tidak mau sadar diri dan bertindak angkuh. Presiden SBY misalnya mengatakan sudah memenuhi 20% anggaran pendidikan. Salah satunya menaikkan gaji guru dalam mata anggaran pendidikan nasional. Kalangan eksekutif berharap, kenaikan gaji meningkatkan kualitas pengajaran dan membungkam suara kritis kaum Oemar Bakri.

Tapi fakta lapangan membuktikan lain. Kesuksesan menaikkan kesejahteraan guru akhir – akhir ini menjadi bumerang. Sebab pencairan gaji guru berjalan terlambat akibat tarik menarik kepentingan penguasa. Tidak heran, banyak organisasi profesi guru memprotes penundaan gaji. Sekali lagi, pemerintah melanggar janjinya dan kebijakan yang dilahirkan hanya politik citra.

Kebijakan pendidikan setengah hati menandakan matinya nurani penguasa. Tidak heran, wajah pendidikan Indonesia semakin buram. Guru hanya dieksploitasi julukan manis pahlawan tanda tanda jasa. Ironis jasanya tidak terbayar, kesejahteraanya terus dirampas.

Oleh : Inggar Saputra

Sumber :  http://hminews.com/news/bendera-kuning-pendidikan-nasional/

Dimana (Sila) Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia?

Oleh: Ghara Xie Melati


Perbedaan kondisi subcultural yang sangat ekstreme menjadi pemisah antara kenyamanan dan ketidaknyamanan, kemapanan dan ketidak mapanan. Jurang yang selama ini kita bayangkan begitu lebar dan dalam ternyata dapat hadir dalam bentuk yang lain dan sangat menyedihkan.


Masih adakah keadilan di muka bumi ini? masih adakah keadilan di tanah pertiwi ini? mana dan dimana?


Terlihat aneh bangsa ini. Indonesia yang kaya raya tetapi kenapa masih tetap miskin. Indonesia yang sejatinya berlimpah harta kekayaanya di saeluruh pelosok nusantara tapi kenapa kekurangan masih meraja lela. Indonesia yang alamnya subur banyak menghasilkan pangan tetapi mengapa masih juga terjadi kelaparan di mana mana.


Lihatlah mereka para keluarga yang terpaksa tinggal di kolong jembatan, anak anak bangsa yang terpaksa tidak sekolah dan harus meminta minta di lampu merah, Mereka yang tidur di trotoar trotoar menghindari panas dan hujan.


Tetapi lihatlah mereka yang disana. Mereka yang duduk di Singgasananya. Mungkin sebenarnya mata mereka melihat pada kita semua yang di bawah yang penuh derita tapi hati mereka mungkin telah tertutup oleh ketamakanya. Mereka semua lupa pada kita “Rakyat” yang mengantarkanya kesana. Mereka lupa Pesan dan amanat rakyat yang mesti di jalankanya. Mereka lupa tujuan dan janji janjinya semula.Entah sampai kapan mereka semua terlena.
Mari semua kita sebagai anak bangsa, mari eratkan genggaman. Mari eratkan ikatan jiwa dan kokohkan ketulusan hati. Padukan akal dan fikiran yang paling tinggi hingga kita semua mendapat keadilan tanpa ada perbedaan subcultural.

Dimanakah Makna Butir Butir Pancasila Sekarang?

Oleh: Ghara Xie Melati

Tanggal 1 Juni, bagi bangsa indonesia adalah salah satu tanggal bersejarah dimana pada waktu itu 1 Juni 1945 Pancasila terlahir atas gagasan yang di sampaikan oleh Ir.Soekarno. Adapun butir butir Pancasiala yang di sampaikan Ir.Soekarno adalah :
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme - atau perikemanusiaan
3. Mufakat- atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan

Kelima butir pancasila tersebut sangatlah berbeda urutanya dengan butir butir pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia saat ini yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradap
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia

Pancasila di sahkan sebagai dasar negara Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945, yaitu sehari setelah proklamasi kemerdekaan indonesia. Pancasila juga tersirat pada alinea ke 4 UUD 1945 .
Bagaimana perkembangan Pancasila dalam kehidupan sehari hari?
Dalam kehidupan sosial apalagi saat ini Pancasila yang di jadikan sebagai dasar negara sepertinya semua itu hanyalah lambang tetapi tidak ada penerapanya. Dari kelima butir butirnya hampir semua tidak bisa direalisasikan. Indonesia semakin bobrok bahkan di mata rakyatnya sendiri.

Siapa yang mesti disalahkan? Pemerintah? Rakyat?

Menyimak butir ke-5 pancasila " Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia ", apakah butir itu tampak terealisasi ? tidak. Dimana keadilan itu? Lihatlah kesana, di luar sana keadilan tidak ada sama sekali. Mereka yang berkuasa lupa diri, Lupa aan titahnya sebagai wakil rakyat, lupa pada tanggung jawab bagaimana memajukan negeri. Mereka semua terlena hingga tangis rakyat di jadikan sebagai irama merdu yang menghibur mereka. Sungguh ironis.

Perbedaan kondisi subcultural yang sangat ekstreme menjadi pemisah antara kenyamanan dan ketidaknyamanan, kemapanan dan ketidak mapanan. Jurang yang selama ini kita bayangkan begitu lebar dan dalam ternyata dapat hadir dalam bentuk yang lain dan sangat menyedihkan.

Yang menjadi persoalan saat ini adalah bagaimana agar Pancasila mampu di terapkan pada kehidupan sehari hari oleh seluruh individu terutama para pejabat pemerintahan atau elit politik agar bisa lebih konsisten pada nilai nilai Pancasila agar mampu mencapau tujuan dan cita cita nasional. Bukan hanya memperingati hari besarnya tetapi mengabaikan nilai nilai yang tersirat didalamnya.

Kerinduanku pada Hari yang Fitri

Oleh: Sri Damayanty

Sembilan bulan yang lalu, kularut dalam bulan yang pehun berkah, ampunan dan cinta sang Khalik. Satu dari duabelas bulan dalam setahun yang benar-benar ku rasakan faedah dari ibadah dan kesyukuran yang ikhlas.
Aku yang dengan segala keterbatasan sebagai makhluk biasa, penuh dosa dan khilaf. Aku yang terbangun dari keterkungkungan diri akan kebebasanku berekspresi sebagai remaja yang tumbuh dewasa kala itu, hampir terbawa dalam jurang kehancuran dan rupanya terjebak dalam lubang kenikmatan dunia. Sehingga hampir tak dapat bangkit dari lubang yang kotor itu jika saja aku tidak terlahir dengan jiwa yang spirit.

Dampaknya, aku serasa dikejar oleh ketakutan, kecemasan, dan kekhawatiran yang berlebihan akan apa dan bagaimana nasib berikutnya. Namun, aku yang terjatuh tidaklah meninggalkan luka atau cacat moral yang parah sehingga aku masih mampu bersimpuh berharap ampunan di hadapan-Nya.
Di waktu yang tepat, ku lalui bulan yang penuh berkah dan ampunan itu, bulan yang penuh rahmat dan rezeki bagi yang bersungguh-sungguh menjalani ibadah-Nya, bulan yang menfiltrasi segala dosa dan salah dari hamba-Nya yang takut dan sadar. Ku jalani setiap ritual Ramadhan dengan khusyuk dan penuh kesyukuran karena masih dapat dirangkul oleh bulan pembersihan dosa itu.

Alhamdulillah, sebulan cukup menetralkan hati dan fikiranku dari ketakutan, kecemasan dan kekhawatiran itu. Subhanallah, Allah SWT masih memberiku ruang pengampunan-Nya, dan mengarahkanku pada jalan kebenaran-Nya. Salah dan khilaf menjadi sejarah kelam dan refleksi hidup kedepan agar lebih baik. Diri ini serasa terlahir kembali bagai bayi yang belum cacat sedikitpun oleh kesalahan duniawi.

Dua bulan kedepan, moment pengampunan itu datang lagi. Menyapa orang-orang beriman yang sadar dan ingin bertaubat. Dan dua bulan lagi, kerinduanku akan terjawab dengan tibanya umurku pada bulan penuh rahmat itu. Rindu yang terlahir suci dari kecintaan seorang hamba pada Penciptanya yang telah memberi masa bagi orang-orang yang hendak bermandikan ampunan-Nya. Rindu yang tak tergadai oleh materi apapun, selain karena mengharap cinta dari sang Pencipta, Allah SWT.

* Diikutkan dalam LOMBA FTS WR: RAMADHAN PENUH CINTA

Penjara Seorang Penulis

Oleh: Hendra Sugiantoro

Banyak karya fenomenal lahir dari balik penjara. Kerangkeng yang membatasi gerak tak menyurutkan alam pikiran untuk menggoreskan pena. Penjara adalah tamasya yang membebaskan hati manusia menyampaikan keluh kesah dan pemikiran. Dari balik penjara, seorang anak manusia kuasa melakukan perlawanan!

Kita ambil contoh. Di penjara Sukamiskin, Bung Karno melahirkan Indonesia Menggugat. Beberapa karya Bung Hatta ditulis dalam penjara atau saat mengalami pembuangan oleh kumpeni. Sebut di antaranya Alam Pikiran Yunani dan tulisan yang dibukukan Krisis Ekonomi dan Kapitalisme. Tidak hanya di negeri ini, Ibnu Taimiyyah ataupun Sayyid Quthb, misalnya, pernah melahirkan karya tulis di penjara. Penulis perempuan, Nawal El-Saadawi, yang dipenjara saat rezim Anwar Sadat pun menghasilkan tulisan. Hanya dengan kertas toilet dan pensil alis, Memoar dari Penjara Perempuan ditorehkan penulis perempuan asal Mesir itu.

Adanya karya yang lahir dari rahim penjara tentu tidak datang seketika. Jika karya tulis bermunculan, ada kegelisahan yang memang menyeruak. Jasad boleh dibatasi ruang, tapi tak mampu membatasi jiwa. Jiwa-jiwa yang berkehendak melakukan perubahan, jiwa-jiwa yang menjadikan pena sebagai senjata. Jiwa yang menggerakkan Buya Hamka menulis Tafsir Al-Azhar saat dipenjara. Begitu juga Pramoedya Ananta Toer yang menjadikan masa pembuangan di Pulau Buru sebagai tamasya pena.
Ketika penjara menjadi lahan produktivitas menulis bukan berarti kita harus dipenjara untuk bisa menulis. Mungkin saja ada yang menganggap wajar menulis saat di penjara karena penjara identik dengan kesunyian dan kesendirian. Kondisi seperti itu dianggap bisa memfokuskan pikiran. Anggapan itu milik sebagian orang. Namun, penjara bukan jaminan melahirkan karya-karya pena. Tidak mungkin bisa mengayunkan pena jika tak hidup dalam kehidupan. Mereka yang menulis di balik terali besi tidaklah berangkat dari ruang kosong. Mereka ada dalam kehidupan dan dari kehidupan melahirkan tulisan.
Penjara bagi seorang penulis melahirkan produktivitas. Penjara tak hanya dalam ruang sempit dibatasi jeruji besi, penjara tak hanya dalam pulau asing. Kehidupan yang penuh ketidakadilan dan kezaliman adalah ”penjara” yang menghendaki kita untuk melawan. Kita hidup dalam penjara ketika menyaksikan ketimpangan sosial dan rakyat jelata hidup kesusahan. Di tengah hiruk-pikuk kemunafikan dan kebohongan, kita merasakan keterasingan. Kita masih dalam penjara ketika menyaksikan rakyat belum merdeka 100% di negeri ini. Di “penjara” ini, tulisan-tulisan kita lahir untuk perlawanan dan perubahan! Wallahu a’lam.

* Tulisan untuk berbagi spirit

Penuhi Hak Pendidikan Anak di Daerah Pedalaman

Oleh: N Kamila Hadi

Sungguh ironis jika kita menengok pendidikan anak-anak Indonesia di daerah pedalaman yang jauh dari kota dan juga jauh dari teknologi canggih. Saya pernah melihat tayangan televisi mengenai pendidikan di Sulawesi Barat (tepatnya di wilayah pedalaman).

Betapa kasihan pendidikan anak-anak yang tinggal di daerah serba kekurangan fasilitas itu. Untuk sebuah ruangan kelas saja sangat kurang memadai. Hal ini menunjukkan minimnya perhatian pemerintah terhadap pendidikan di daerah yang terpencil.

Anak-anak yang bertempat tinggal di sana seharusnya juga mendapatkan hak sama seperti anak-anak lainnya yang tinggal di daerah perkotaan. Mereka juga membutuhkan berbagai fasilitas yang mendukung proses belajar agar tujuan pembelajaran bisa tercapai secara maksimal.

Di tengah keterbatasan dan kekurangan fasilitas, saya sangat salut dengan antusiasme para siswa di sana. Mereka rela berjalan kaki menyeberangi sungai hanya untuk menuntut ilmu. Sungguh semangat yang luar biasa!

Sudah semestinya pemerintah memperhatikan mereka. Pemerintah juga harus menyediakan fasilitas serta sarana dan prasarana yang memadai. Ini demi kelangsungan proses pembelajaran mereka.

Jasa seorang guru pun banyak dibutuhkan di sana. Perlu adanya kesadaran dari pemuda penerus bangsa agar bersedia membantu mengajar anak-anak di daerah pedalaman untuk mencetak generasi yang berpotensi dan berprestasi.

Tidak ada kata lain, pemerintah wajib hukumnya memenuhi hak dasar mereka. Yakni pendidikan dengan kualitas yang sama dengan saudara saudara mereka di daerah lain. Wallahu a’lam.

* Pernah dimenangkan dalam lomba L-MAS WR dan dimuat dalam rubrik Jagongan Harian Jogja, Kamis (14/7).

Bahan Belajar untuk Model Pembelajaran E-Learning

Oleh: Okky Nawan

1.Hakikat Bahan Belajar E-Learning

Bahan belajar dapat diterjemahkan sebagai seperangkat material yang digunakan oleh seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Hamalik (1995) menempatkan bahan belajar sebagai bagian dari unsur-unsur dinamis dalam proses belajar disamping motivasi siswa, alat bantu belajar, suasana belajar dan kondisi subjek belajar. Oleh karena itu, penentuan bahan belajar harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai apakah berupa pengetahuan, keterampilan, sikap atau pengalaman lainnya. Pada proses pembelajaran di sekolah, bahan-bahan belajar ini biasanya sudah digariskan dalam kurikulum (KTSP) atau silabus.

2.Pengembangan Bahan Belajar

Bahan belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 87-8) disebut bahan pengajaran yaitu bahan untuk mengajar (bagi guru). Sedangkan bahan belajar atau learning materials menurut Sa’ud (2008: 214) merupakan bahan pembelajaran yang secara langsung digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Bahannya sendiri merupakan media atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan pembelajaran, bisa berupa pesan visual, audio maupun pesan audio visual.

Secara umum, bahan belajar dikategorikan menjadi dua, yaitu bahan belajar yang tercetak (printed materials) dan bahan ajar yang tidak tercetak (non printed materials).

Karakteristik bahan belajar cetak adalah:

(1)Bahan belajar yang ditujukan untuk kepentingan kurikuler, instruksional, dan pengembangan ilmu.

(2)Bahan belajar juga mengakomodasikan sumber-sumber daya (potensi) daerah tanpa mengabaikan poin terdahulu.

(3)Bahan belajar yang mengoptimalkan pembelajaran mandiri, khususnya siswa.

(4)Bahan belajar dapat memberikan pengayaan, khususnya bagi kegiatan belajar siswa, melalui pemberian tugas, dan rujukan sumber lain yang disarankan.

(5)Bahan ajar yang dikembangkan adalah bahan ajar yang pembaca utamanya adalah siswa.

Dalam hal ini, meskipun bahan belajar yang digunakan berbentuk cetak, akan tetapi bahan belajar tersebut harus dikondisikan sebagai bahan belajar yang dapat ditransfer untuk kepentingan pembelajaran melalui internet atau e-learning.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bahan belajar merupakan seperangkat material yang digunakan oleh pebelajar dalam pembelajaran, yang meliputi bahan belajar cetak dan non-cetak serta harus sesuai dengan kurikulum yang diajarkan di instansi (sekolah) yang bersangkutan.

3.Aplikasi Pembelajaran Berbasis E-Learning

Dalam proses pembelajaran, aplikasi e-learning mencakup aspek perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Sa’ud, 2008: 206).

(1)Perencanaan

Pada prinsipnya dalam perencanaan pembelajaran terdapat empat komponen utama, yaitu: materi/bahan ajar, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi.
Bahan ajar untuk ¬e-learning selain dapat memanfaatkan buku sumber yang tersedia, juga dapat langsung mengakses bahan ajar/informasi pada beberapa halaman web yang telah dibuat sebelumnya.

Kegiatan belajar mengajar yang tercakup dalam perencanaan pembelajaran pada intinya berisi mengenai deskripsi materi/bahan belajar, metode pembelajaran, dan alat/media pembelajaran. Untuk kepentingan media pembelajaran berbasis e-learning, penentuan bahan ajar hanya memuat pokok-pokoknya saja. Sementara deskripsi lengkap dari pokok-pokok bahan ajar disediakan di halaman web yang akan diakses siswa.

Evaluasi sebagai komponen terakhir dalam perencanaan pembelajaran berfungsi untuk mengukur sejauhmana tujuan pembelajaran telah tercapai dan tindakan apa yang harus dilakukan apabila tujuan tersebut belum tercapai. Evaluasi dapat dilakukan dengan tes dan non tes. Tes dapat berupa menjawab pertanyaan yang disediakan oleh pebelajar yang dapat diakses dari halaman web yang telah disediakan sebelumnya, sedangkan non tes dapat berupa portofolio tugas siswa.

(2)Implementasi

Dalam implementasi pembelajaran menurut (Sa’ud, 2008: 207-208), terdapat model penerapan e-leraning yang bisa digunakan, yaitu: Selective Model, Sequential Model, Static Station Model, dan Laboratory Model.

a.Selective Model

Model selektif digunakan jika jumlah komputer di sekolah sangat terbatas (misalnya hanya ada satu unit komputer).

b.Sequential Model

Model ini digunakan jika jumlah komputer di sekolah atau kelas terbatas (misalnya hanya dua atau tiga unit komputer). Para siswa dalam kelompok kecil secara bergiliran menggunakan komputer untuk mencari sumber pelajaran yang dibutuhkan.

c.Static Station Model

Model ini digunakan jika jumlah komputer di sekolah/kelas terbatas, sebagaimana halnya dengan sequential model. Di dalam model ini guru mempunyai beberapa sumber belajar yang berbeda untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama.

d.Laboratory Model

Model ini digunakan jika tersedia sejumlah komputer di sekolah/laboratorium yang dilengkapi dengan jaringan internet, di mana siswa dapat menggunakannya secara lebih leluasa (satu siswa satu komputer). Dalam hal ini, bahan e-learning dapat digunakan oleh seluruh siswa sebagai bahan pembelajaran mandiri.

Di samping beberapa penerapan model e-learning di atas, Meier (2003) dalam bukunya The Accelerated Learning mengemukakan beberapa saran untuk memanfaatkan komputer dalam pembelajaran berbasis e-learning, di antaranya adalah:

a.Kolaboratif

Pembelajaran yang baik bersifat sosial. Pengajaran oleh teman sendiri, menurut telaah Stanford University akan memberikan hasil yang jauh melampaui pengajaran lewat komputer atau semua bentuk instruksi lain. Pembelajaran ini dilakukan dengan menciptakan program belajar untuk tim untuk dua orang atau lebih (tidak untuk individu).

b.Berdasar – Aktivitas

Memanfaatkan komputer untuk mendapatkan pengalaman secara langsung.

c.Berpusat – Masalah

Menggunakan komputer sebagai pengaju masalah agar pembelajar dapat terlibat penuh dalam memecahkan sebuah masalah.

d.Kreatif

Komputer dimanfaatkan tidak hanya sebagai pemberi informasi, tetapi juga membantu pembelajar menciptakan sebuah makna, pengetahuan dan nilai mereka sendiri dari informasi tersebut.

e.Siklus Pembelajaran 4-Tahap

Pembelajaran diatur dalam 4-tahap yang meliputi persiapan, penyampaian, pelatihan, dan penampilan hasil).

Dari kelima model tersebut, menurut Prakoso (2005: 17) pembelajaran berbasis e-learning akan lebih efektif bila dilakukan secra berkelompok atau kolaborasi. Hal ini sesuai dengan paham konstruktif sosial (Social Constructivism) yang menyatakan bahwa sebuah kolaborasi menciptakan budaya untuk saling membagi hasil karya dengan cara berbagi pengetahuan, misalnya dengan teknik berbagi-pakai pengetahuan lewat situs internet.

(3)Evaluasi

Kegiatan evaluasi merupakan tahap terakhir dalam pembelajaran berbasis e-learning. Kegiatan evaluasi untuk mengetahui hasil dapat dilakukan secara bervariasi, setiap siswa dapat melihat dan mengikuti instruksi di halaman web yang telah disediakan oleh guru, dapat berupa pertanyaan, tugas-tugas, dan latihan-latihan yang harus dikerjakan siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Astini, Edi. 2009. Lembaran Ilmu Pendidikan, Jilid 38, Nomor 01, Juni 2009. Semarang: UNNES Press.

Effendi, Empy dkk. 2005. E-Learning Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Andi.

Alwi, Hasan dkk. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Masrur, M. 2009. Internet Super Mudah untuk Siapa Saja. Yogyakarta: BOOKMARKS.

Meier, Dave. 2002. The Accelerated Learning Handbook. Bandung: Kaifa.

Prabawati, Theresia Ari (ed.). 2009. Mahir dalam 7 Hari Berinternet dengan Google. Yogyakarta: Andi dan MADCOMS.

Prakoso, Kukuh Setyo. 2005. Membangun E-Learning dengan Moodle. Yogyakarta: Andi.

Sa’ud, Udin Saefudin. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Kita (Tak) Malas Menulis

Banyak orang tidak merasa memiliki kepentingan menulis. Pun, banyak orang merasa memiliki kepentingan menulis. Entah dianggap pilihan atau keniscayaan, menulis adalah sebentuk laku yang pastinya dilakukan setiap orang. Siapa pun pernah menulis. Menulis sebagai pilihan memungkinkan siapa pun yang pernah menulis berhenti di tengah jalan. Karena menulis adalah pilihan, seseorang bisa memilih tidak menulis.

Berbeda dengan menulis sebagai keniscayaan, laku menulis menyuguhkan ritme teratur pada seseorang. Artinya, seseorang memang memiliki kepentingan menulis sehingga tak pernah jeda membuahkan tulisan. Mungkinkah ada seseorang tak berhenti menulis? Jawaban yang tepat: entah. Siapa pun memiliki pengalaman personal terkait dengan laku menulisnya. Benar adanya jika dikatakan sulit mempertahankan konsistensi menulis, namun benar juga jika dikatakan begitu mudahnya menulis setiap saat. Lantas, perlukah menulis setiap saat?

Pertanyaan itu sebenarnya tak perlu dijawab. Yang menjadi persoalan, selama ini kita sering kali menciptakan beribu alasan tidak menulis. Sebut saja alasan tidak ada waktu. Benarkah tidak ada waktu? Dari waktu yang dikasatmatakan 24 jam per hari, apakah tidak ada waktu 5-10 menit untuk menulis? Begitu juga alasan kesibukan, benarkah kita tak bisa menulis di tengah kesibukan?

Pada dasarnya, banyak hal yang bisa kita tulisan. Kita tidak menulis karena kita malas. Itulah alasan yang tepat. Bukankah kita malas menulis? Wallahu a'lam.

--hendra sugiantoro---
Tulisan di atas dihasilkan dalam 41 menit, pukul 02:12-02:53, Kamis, 24 Desember 2009.

Sisi Kerawanan Warnet

Oleh: N Kamila Hadi


Warung internet (Warnet) merupakan tempat yang ramai dikunjungi masyarakat dari berbagai kalangan. Saking menjanjikannya usaha ini, tak sedikit orang berwirausaha dengan membuka warnet. Namun, karena persaingan semakin meningkat, beberapa warnet yang masih baru dibuka biasanya sepi oleh pengguna layanan internet.

Sayang, sepinya tempat tersebut justru menimbulkan kerawanan tindakan asusila. Apalagi, warnet yang tempatnya agak tertutup. Kondisi ini malah membuka peluang bagi remaja untuk mencari kesempatan dalam kesempitan. Kasus adegan mesum oleh pasangan muda-mudi di warnet diduga tak hanya terjadi sekali dua kali, bahkan lebih.

Kejadian ini perlu ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah. Jika dibiarkan, maka akan semakin hancurlah moral bangsa kita. Sangat memalukan jika penerus bangsa Indonesia semakin hari semakin mengalami penurunan akhlak.

Peran orangtua juga harus difungsikan sebagaimana mestinya. Remaja yang dalam masa puber sebaiknya mendapatkan pengawasan dari pihak keluarga agar lebih terkontrol. Penanaman nilai-nilai religius pun penting ditekankan sejak dini agar mereka mengerti rambu-rambu dalam pergaulan sehari-hari dengan berpegang teguh pada ajaran agama. Wallahu a'lam.

* Dimuat dalam Harian Umum Pelita, Senin 18 Juli 2011.
Suara Karya, Selasa 19 Juli 2011.

Ribut Parliamentary Threshold, Nasib Pemilu Tidak Jelas

Kamis, 21 Juli 2011 , 16:30:00 WIB

BELUM selesainya pembahasan parliamentary threshold (PT) makin membuat nasib Pemilu tidak jelas. Keinginan partai besar mendesak PT 5% membuat gusar partai kecil. Tuduhan bergulir, partai kecil akan diberangus. Protes bermunculan, dampaknya RUU mengalami kebuntuan dan kepentingan rakyat terlantarkan.

Kita dapat memahami keinginan berbagai kalangan. Partai besar merasa dirugikan aturan lama. Apalagi timbul keinginan PT 5% bertujuan menyederhanakan partai politik. Harapan kedepan, semakin sedikit partai dapat menjaga stabilitas pemerintahan. Sehingga sistem presidensial berjalan efektif.

Ironis, sebab egoisme itu berpotensi membunuh demokrasi di Indonesia. Kengototan partai besar sendiri terus dilawan. PKB misalnya, menegaskan PT 5% sangat tidak logis. Sebab Indonesia masih menganut sistem multi partai. Artinya, sistem presidensial seharusnya membutuhkan beragam partai yang berbeda ideologi dan aliran. Kebijakan ini mendapat dukungan PAN, PPP, PKS, PKB, Gerindra dan Hanura. PAN menegaskan PT 3% ideal dan paling pantas diterapkan, sebab menjunjung tinggi kebhinekaan dan pluralisme.

Penerapan PT yang tinggi justru sangat berbahaya, karena banyak menghilangkan suara sah. PKS tak jauh beda, dimana PT besar merugikan kepentingan bangsa karena stabilitas politik dan proporsionalitas terancam.

Berlarutnya persoalan ambang batas memang sebuah kewajaran. Partai besar ingin mengefektifkan sistem partai yang dinilai terlalu banyak. Partai kecil sendiri berkepentingan menyelamatkan suara partainya. Sebab jika PT 5% diterapkan, bukan tidak mungkin mereka tersingkir dari kancah parlemen.

Tapi jika tarik-menarik kepentingan ambang batas terus terjadi, banyak masalah pemilu terlupakan. Misalnya bagaimana menangani mafia pemilu pasca kasus surat palsu yang menyeret Andi Nurpati. Jika tidak diantisipasi, peluang terjadinya mafia pemilu kembali terjadi.

Sebaiknya DPR berhenti berpolemik dan memikirkan kepentingan rakyat. Sudah banyak terkuras waktu, energi dan perhatian DPR untuk meributkan ambang batas. Sebaiknya DPR fokus memikirkan kepentingan rakyat, menurunkan egoisme masing-masing partai dan menyudahi masalah ini.

Di masa mendatang, tantangan pemilu semakin banyak. Ambang batas, hanya menjadi sebuah titik kecil. Masih ditunggu sikap DPR mengatasi kecurangan pemilu, politik uang dan mafia pemilu. Jika tak diselesaikan, keinginan berjalannya pemilu luber dan jurdil hanya pepesan kosong.


Inggar Saputra

Sumber : http://www.rakyatmerdekaonline.com/news.php?id=33780

Jumat, 08 Juli 2011

Belajar dari Penyu

Walaupun mereka baru saja menetas dan merasakan hidup di dunia, namun penyu-penyu kecil ini sudah harus bersiap menghadapi para predator daratan dan tidak akan ada kesempatan kedua bagi mereka

Penyu adalah binatang sejenis kura-kura yang memiliki habitat asli di lautan. Namun, saat hendak bertelur penyu-penyu dewasa selalu memilih untuk berangkat ke darat (pantai) dan mencari tempat yang sepi dari predator untuk mengerami telurnya dengan menguburkannya di dalam pasir di sekitar wilayah tersebut.

Penyu-penyu dewasa mungkin sudah tidak lagi menghadapi tantangan dari predator darat maupun laut mengingat penyu dewasa tentunya sudah mampu melindungi dirinya dengan cangkang yang ia miliki serta dengan cara mereka masing-masing dalam mempertahankan hidupnya. Namun, apakah kita juga berpikir demikian terhadap penyu-penyu kecil yang nantinya akan menetas dari telur-telur yang dikuburkan oleh penyu dewasa? Tentunya penyu kecil akan mengalami sebuah tantangan yang maha dasyat dari predator-predator di sekitarnya ketika mereka terlahir ke dunia.

Seekor Penyu Kecil yang Menghadapi Tantangan Hidup dan Mati
Penyu-penyu kecil tersebut terlahir tanpa lagi dilindungi oleh induknya dan mereka harus mampu mencapai lautan untuk mempertahankan hidupnya mengingat habitat utama mereka memang di lautan. Walaupun mereka baru saja menetas dan merasakan hidup di dunia, namun penyu-penyu kecil ini sudah harus bersiap menghadapi para predator daratan ketika mereka hendak melangkah menuju lautan lepas dan tidak semua dari penyu-penyu kecil tersebut mampu lolos dari ancaman pertamanya tersebut.

Kendatipun demikian beberapa saat kemudian sekalipun mereka berhasil melalui tantangan pertamanya, setelah itu mereka juga harus bersiap menghadapi tantangan selanjutnya yaitu mereka juga harus dapat menghindari semua predator laut agar mereka tetap dapat mempertahankan dan melanjutkan hidupnya sampai akhirnya mereka merasakan kesuksesan dari semua jerih payah yang mereka lalui diawal kehidupannya.
Maka, harusnya kita juga harus siap menghadapi tantangan hidup seperti penyu kecil tersebut yang selalu siap menghadapi tantangan kehidupannya. Mereka hidup untuk melampaui tantangan dan apabila mereka gagal melalui semua tantangan tersebut maka tidak akan ada lagi kesempatan kedua bagi mereka dan tentunya kehidupan mereka akan berakhir sampai di situ.

Namun, hal di atas tidak akan terjadi kepada kita sehingga hal macam apa lagi yang membuat kita takut menghadapi tantangan hidup. Masih akan ada kesempatan kedua bagi kita apabila kita gagal dan hal itu tidak  dimiliki oleh penyu-penyu kecil tersebut, lalu apa lagi yang kita takutkan? Harusnya kita dapat belajar dari penyu kecil tersebut dan cukuplah menjadi pelecut semangat bagi kita agar kita tidak lagi takut untuk menghadapi serta melampaui segala tantangan hidup yang telah menunggu dihadapan kita.

Penyu Takkan Melupakan Asalanya
Setelah itu apa yang kemudian terjadi pada penyu-penyu kecil tersebut setelah mereka berhasil melalui tantangan pertamanya? Tentunya setelah melalui hal tersebut maka mereka dapat dikatakan sukses pula untuk bertahan hidup. Kemudian mereka akan memulai untuk melajutkan pengambaraan dan petualangannya di laut lepas untuk selanjutnya kembali menemui serta menghadapi segala tantangan hidup berikutnya, namun saat ini bukan itu yang akan dibahas melainkan tentang sebuah ibrah yang akan dapat kita ambil dari pengembaraan penyu-penyu tersebut.

Tidak dapat dipungkiri bahwasannya seekor penyu akan mengingat betul tempat di mana dia dahulu di lahirkan. suatu saat penyu-penyu itupun tidak akan sungkan untuk kembali ke tempat di mana mereka ditetaskan. Bahkan walau mereka sudah mengembara ribuan mil jauhnya, mereka akan tetap mengingat tempat asalnya dilahirkan dengan sangat baik. Hal ini sangat luar biasa untuk seekor hewan.

Poin pertama yang dapat kita ambil hikmah dari prilaku penyu tersebut adalah perihal bagaimanan kita menyikapi tentang semua hal yang berkaitan dengan kelahiran kita, baik itu siapa, bagaimana, di mana serta apapun itu tentang kelahiran kita. Orang tua, mereka adalah orang yang telah melahirkan serta membesarkan kita hingga saat ini. Tidak dapat kita nominalkan besarnya cinta seorang ibu dan ayah kepada kita bahkan pernahkah kita merenungkan bahwa pada saat ibu melahirkan kita, ia rela untuk mempertaruhkan nyawanya untuk kelahiran kita. Melihat betapa besarnya pengorbanan mereka ini sehingga hal tersebut semakin ‘memaksa’ kita agar jangan sampai kita melupakan orang tua kita. Ingat dalam hal ini penyu sudah tidak lagi dirawat oleh induknya bahkan sampai sebelum mereka menetas, namun mereka pastinya juga tidak akan melupakan jasa induknya yang telah melahirkan mereka.


Selain itu hikmah selanjutnya yang dapat kita petik dari perilaku penyu tersebut adalah bahwa kita jangan sampai lupa akan asal kita dilahirkan, jangan sampai kita melupakan Negara kita karena mencintai tanah air sangatlah di perlukan pada jaman seperti ini. Walaupun kita nantinya sudah ataupun hendak mengembara ke berbagai penjuru di dunia, namun kita tetap harus dapat mempertahankan dan mengakui identitas kita sebagai warga Negara Indonesia.

Sebuah Ibrah yang Mungkin Tidak Terpikirkan
Sebelum membaca tulisan ini mungkin kita tidak pernah memikirkan bahwa makhluk seperti penyu mampu memberikan banyak inspirasi serta pembelajaran bagi kita umat manusia yang katanya diberikan akal oleh Allah. Maka, harusnya kita juga memahami bahwa akal yang Allah berikan kepada kita tidak diperintahkan untuk digunakan dalam hal-hal yang sis-sia saja. Karena sesungguhnya Allah telah menciptakan segala isi bumi dan jagat raya ini tidak untuk kita ketahui saja melainkan juga untuk kita petik hikmah di dalamnya dan itulah sebaik-baiknya manusia yang berakal.

by: Abdushshabur Rasyid Ridha

Mereformasi Ruang "Ngumpul" Buku

Jum'at, 08 Juli 2011 12:10 wib

Apabila negeri mulai karam
Itulah bertanda nahkoda kurang paham
Apabila bangsa mulai terpecah
Itulah bertanda nahkoda tak punya arah
Apabila negeri tak maju
Itulah bertanda nahkoda kurang berilmu
(Gurindam Nahkoda Bangsa, Ibnu Amsar Al-Bonai)


Apa yang terbayangkan ketika bicara perpustakaan? Umumnya citra perpustakaan adalah sebuah gedung tua, ruangan kaku, sepi, membosankan, dan tiap sudutnya dipenuhi buku yang ketinggalan zaman. Tidak mengherankan banyak mahasiswa dan pelajar malas berkunjung. Maka, terbentuklah opini perpustakaan hanya menarik bagi kalangan pencinta buku atau kutu buku.

Fenomena tersebut tentu meninggalkan keprihatinan mendalam. Perpustakaan sebagai sumber informasi belum menjadi tempat menarik. Banyak mahasiswa lebih betah nongkrong di mall dibandingkan perpustakaan. Akibatnya, minat dan daya baca manusia Indonesia sangat rendah.

Minimnya perpustakaan sangat mempengaruhi minat baca. Repotnya, berdasarkan survei Unesco, minat baca masyarakat Indonesia terendah di ASEAN. Dari 39 negara di dunia, Indonesia menempati posisi ke-38. Tidak kalah memprihatinkan, data UNDP menunjukkan posisi minat baca Indonesia berada di peringkat 96, sejajar dengan Bahrain, Malta, dan Suriname. Sementara untuk kawasan Asia Tenggara, hanya ada dua negara dengan peringkat di bawah Indonesia, yakni Kamboja dan Laos yang masing-masing berada di urutan angka seratus.

Wisata Buku
Persoalan membaca selama ini meninggalkan masalah besar bagi kemajuan suatu bangsa. Sebab, semakin rendah kebiasaan membaca, penyakit kebodohan dan kemiskinan berpotensi mengancam eksistensi bangsa tersebut. Kita sudah melihat bagaimana kemajuan perkembangan IPTEK Jepang. Hal ini disebabkan karena pemerintah Jepang memprioritaskan kebutuhan bahan bacaan dan menarik minat masyarakat mengungujungi perpustakaan.

Salah satu upaya menarik minat baca adalah mengembangkan konsep wisata buku. Sebuah konsep untuk membangun citra perpustakaan sebagai wahana kreatif, imajinatif, menyenangkan dan berbasis teknologi. Tentu tidak menghilangkan warna ilmiah sebagai bahan dasar membentuk intelektualitas pengungjungnya.

Mengutip Buya Hamka, “Dengan seni hidup menjadi indah, dengan ilmu hidup menjadi mudah dan dengan agama hidup terarah” Ilmu membantu manusia menjadi mudah menjalankan aktivitas. Kepadatan ilmu diwariskan tradisi membaca. Membaca membutuhkan buku, buku dapat ditemukan salah satunya di perpustakaan.

Rasanya, perlu diberikan stimulus untuk meningkatkan potensi perpustakaan, yaitu:

Pertama, penambahan koleksi jurnal dan buku harus mendapatkan akses terbaru. Ditemukan berbagai penemuan baru yang terus diproduksi setiap detik. Apalagi, zaman  superhighway information menuntut manusia membaca pengetahuan dan informasi terbaru. Naif rasanya di tengah percepatan IPTEK, kita masih mengandalkan sumber bacaan yang ketinggalan zaman. Apalagi di masa mendatang, sudah bermunculan digitalisasi buku sebagai pengganti buku berbahan kertas.

Kedua, perbaikan fasilitas dan jasa. Perpustakaan perlu diubah dengan memahami karakter dan kebiasaan pengunjung. Perpustakaan hendaknya menyediakan sofa dan karpet untuk pembaca lesehan agar lebih santai. Selain itu, untuk membangun suasana nyaman, lengkapi perpustakaan dengan fasilitas pendingin ruangan. Apabila perpustakaan bertingkat, sebaiknya sediakan fasilitas lift untuk memudahkan arus perpindahan pengunjung antar tingkat.

Pelayanan jasa perpustakaan juga harus diperhatikan. Misalnya pembuatan kartu perpustakaan dalam waktu cepat dan tidak menyulitkan mahasiswa atau pelajar. Adanya pungutan biaya yang tidak perlu oleh sejumlah pihak perpustakaan, mengindikasikan adanya tindak korupsi.

Ketiga, sosialisasi perpustakaan ke semua kalangan untuk melepaskan citra perpustakaan yang terbatas untuk kutu buku. Sudah menjadi tugas strategis pemerintah, perpustakaan, dan pihak swasta. Jika masyarakat sudah mencintai buku, membaca, dan perpustakaan, percepatan kemajuan Indonesia Indonesia tinggal menunggu alarm kebangkitan.

Promosi perpusatakaan dapat dilakukan dengan banyak acara yang melibatkan massa dalam jumlah banyak. Misalnya seminar, workshop, bedah buku, dan pameran.

Bagaimanapun membaca adalah sebuah tradisi intelektual orang besar negeri ini. Soekarno, Hatta, Buya Hamka, dan Natsir memiliki tingkat kematangan intelektual, spritual dan emosional karena banyak membaca. Untuk meningkatkan kemampuan membaca, pemerintah harus mulai mengarusutamakan perpustakaan sebagai ruang baca terbaik masyarakat.

Inggar Saputra
Pengurus Pusat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (PP KAMMI)
Analis Institute Reform For Sustainable (Insure)
(//rhs)

Sumber : http://kampus.okezone.com/read/2011/07/08/367/477442/mereformasi-ruang-ngumpul-buku

Kamis, 07 Juli 2011

Matinya Hukum di Negara Demokrasi

7/07/2011 10:28:00 AM | Posted by islamedia
Islamedia - Mahalnya biaya hidup di Indonesia tidak sebanding dengan luasnya lapangan pekerjaan. Sampai sekarang terbukti masih banyak rakyat Indonesia menjadi pengangguran. Mereka hidup di bawah garis kemiskinan , bahkan untuk berjuang mencari sesuap nasi saja sulit. Tidak heran, akibat sulitnya mencari kerja banyak yang berpikir hijrah ke negeri orang.

Dari berbagai pilihan hijrah memperbaiki nasib, salah satunya adalah menjadi TKI. Selain bisa menjamin perbaikan kesejahteraan, banyak pengalaman hidup dapat diperoleh di negeri orang. Kondisi ini menjadikan bisnis ketenagakerjaan sulit dilepaskan dari TKI. Repotnya, pemerintah tidak mencari solusi membuat lapangan pekerjaan agar dapat mengurangi pengangguran. Sebaliknya pemerintah justru membuat solusi instan memfasilitasi manusia Indonesia yang berminat menjadi Tenaga Kerja di negeri orang.

Tak usah jauh beretorika untuk membuktikan teori itu. Pada sidang ILO, presiden SBY meluncurkan pidato penuh kebanggaan. Subtansi pidatonya adalah kebanggaan Indonesia sebagai negara pengekspor TKI. Tak ketinggalan SBY menegaskan akan memberikan perlindungan terbaik untuk para buruh migran. Pidato ditutup ucapan terima kasih kepada negara “tuan” yang selama ini bersedia menerima “buruh” Indonesia. Para hadirin memberikan tepuk tangan meriah dan standing applause.

Ironisnya, empat hari kemudian terdapat berita menyedihkan. Ruyati, salah seorang TKW Indonesia dipancung pemerintah Arab Saudi. Dirinya dituduh telah membunuh majikannya sehingga mendapat hukuman pancung. Jadilah bertambah banyak buruh Indonesia yang gagal mendapatkan perlindungan layak seperti janji manis Presiden.

Kematian Ruyati menguras emosi publik, siraman pujian kepada Presiden secepat kilat berganti banjir hujatan. Negara dianggap gagal memberikan perlindungan aman bagi warga negaranya. SBY secara jelas melanggar konstitusi yang mengamanatkan “ ….melindungi segenap bangsa Indonesia” Wajar akhirnya lahir sebuah sikap pesimistik, “ negara sudah gagal”


Suka Nazarudin, Duka Ruyati

Saat rakyat Indonesia sibuk mempersoalkan kematian Ruyati, seorang tokoh partai penguasa sibuk berlibur ke Singapura. Statusnya bukan wisatawan, tapi sebagai koruptor kelas kakapa. Dirinya berusaha melarikan diri dari kejaran KPK pasca tersangkut kasus korupsi dana SEA Games. Gonjang – ganjing politik dalam negeri sejenak terlupakan, berganti ratusan protes atas kepergian pahlawan devisa.

Ruyati, sang pahlawan devisa itu akhirnya pergi meninggalkan nasib tragis. Dirinya dilupakan dari peran aktif negara melindungi nyawa seorang rakyat Indonesia. Ironisnya, perlakukan berbeda diterima Nazaruddin yang terjerat kasus korupsi. Sampai sekarang, KPK masih mandul bersikap terhadap kasus korupsi salah satu elit Demokrat ini.

Menjadi pertanyaan fundamental, mengapa negara berlepas tangan. Presiden SBY sibuk menurunkan kekuatan penuh menutup kasus Nazarudin. Tapi, meninggalnya Ruyati presiden lambat bersikap dan mengeluarkan jurus politik kemayu. Jurus mengelak bahwa Indonesia tidak mendapat kabar atas jadwal hukuman mati Ruyati.

Sepantasnya, rakyat marah mendengar jawaban pemerintah Indonesia. Janji memberikan perlindungan terhadap buruh migran dan Indonesia bebas korupsi dilanggarnya. Tidak hanya itu. SBY dan KPK khususnya dianggap bersikap lembek kepada koruptor yang melarikan diri ke negara tetangga.

Sudah sepantasnya, jika serius membenahi persoalan korupsi KPK wajib memulangkan Nazaruddin. Tidak sebaliknya, KPK dipermalukan permintaan Nazaruddin untuk memeriksanya di Singapura. SBY juga harus berani mengeluarkan “fatwa” kepada elit demokrat, menjemput paksa Nazaruddin. Kepulangan dan pemeriksaan Nazaruddin di Indonesia dapat menjadi indikator sejauhmana keseriusan pemerintah memberantas korupsi.

Perlakuan diskriminatif pemerintah wajar mengundang kecurigaan publik. Timbul dua pertanyaan, pertama apakah kasus Ruyati menjadi bagian mengalihkan isu Nazaruddin. Kedua, apakah kepengecutan KPK membongkar kasus Nazaruddin akibat intervensi SBY. Kedua pertanyaan itu dapat dijawab dengan selesainya kasus Nazaruddin.

Apalagi, belakangan KPK akhirnya menetapkan tersangka korupsi dana SEA Games itu sebagai tersangka. Satu titik terang terbuka, tinggal publik menunggu keberanian KPK mengembalikan Nazaruddin untuk diperiksa di Tanah Air. Jika KPK gagal, bersiaplah menurun legitimasi dan kredibilitasnya untuk memberantas korupsi di Indonesia.

Rasanya perlu ditegaskan tugas besar KPK sejak awal terbentuk adalah untuk memberantas koruptor. Terungkapnya kasus korupsi yang melibatkan elit negeri ini sudah membuat nama KPK harum. Jangan sampai akibat tekanan SBY, KPK lemah bersikap mengungkap kebobrokan dana SEA Games sehingga merusak reputasi baik KPK.

Negara Pro Rakyat

SBY sudah saatnya menghentikan kebiasaan buruk politik citra. Rakyat sudah malu mendengar kelemahan kinerja tanpa perbaikan nyata. Lebih jauh, rakyat menanti karya nyata presiden setidaknya dalam tiga aspek. Ketiganya penting agar negara semakin pro rakyat dan menimbulkan kepercayaan rakyat terhadap kerja besar pemerintah.

Pertama, aspek ekonomi berupa menciptakan lapangan pekerjaan. Timbulnya kasus korupsi dan pilihan menjadi TKI terjadi akibat sulitnya mencari pekerjaan di Indonesia. Elit politik terlalu sibuk memikirkan dirinya, melupakan janji menyejahterakan rakyatnya. Mereka seperti tidak pernah puas mengumpulkan kekayaan yang seharusnya menjadi milik rakyat.

Penciptaan lapangan kerja, mendorong tumbuhnya pengusaha dan melepaskan rakyat dari jeratan krisis ekonomi adalah tugas strategis negara. Semakin cepat negara merealisasikan tugas besar ini, semakin cepat Indonesia menuju kesejahteraan lebih baik. Sebab persoalan citra hanya menguras energI. Rakyat lebih percaya, bukti konkret yang dapat dirasakan sampai kalangan terbawah.

Kedua, penegakan hukum tanpa pandang bulu. Semakin cepat KPK memulangkan Nazaruddin, semakin cepat penyelesaian kasus ini. Sehingga rakyat percaya perkataan “ hukum adalah panglima “ tidak sekedar retoris.

Selain itu, semakin cepatnya kasus Nazaruddin selesai berpotensi menimbulkan kepercayaan rakyat bahwa hukum tidak tebang pilih. Popularitas SBY memungkinkan bergerak lebih baik, sebab rakyat akan menilai SBY tidak melindungi orang terdekatnya.

Ketiga, pembenahan ketenagakerjaan Indonesia. Sudah seharusnya pemerintah memikirkan perubahan paradigma. Tidak lagi berpikir, menciptakan buruh tapi menghasilkan pengusaha. Sekalipun ada buruh, mulailah membentuk buruh kreatif, cerdas dan kompeten agar tidak menjadi korban penyiksaan di negeri orang.

Membaca Harapan Perbaikan

Persoalan Indonesia sudah sangat kompleks dan kronis. Merespons itu, rakyat menunggu niat baik pemerintah mengurusi negara. Jangan sampai tunggu kekecewaan semakin memuncak, baru negara mengambil tindakan.

Akhirnya kita berharap kasus Ruyati menjadi kasus terakhir meninggalnya buruh migrant. Rakyat juga belum berhenti harapan agar KPK memulangkan dan memeriksa Nazaruddin. Semoga harapan terus tumbuh, tidak mati bersama kegagalan negara.

Inggar Saputra
Pengurus Pusat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia dan Analis Institute for Sustainable Reform (Insure)

Rabu, 06 Juli 2011

Membuat Sruktur Artikel Yang Simpel dan Padat

Membuat Struktur Artikel yang Simpel dan Padat

1) Pendahuluan: berisi alasan pemilihan judul, menyinggung tema secara umum, tentukan tujuan secara jelas, batasi permasalahan yang akan ditulis: (1-2 paragraf sudah cukup)

2) Isi artikel: sajikan fakta (berupa data/informasi) yang relavan dengan topik tulisan, data bersifat generalis dan terbaru (maksimal 5 tahun terakhir) yang dijabarkan secara deskripsi/eskposisi. Kemudian analisa permasalahan dengan membandingkan data/informasi dengan fenomena yang terjadi sekarang, lalu interprestasikan secara lugas, menarik dan kreatif. Argumentasi harus tetap dalam koridor tema.

3) Solusi/kesimpulan: berikan solusi yang mengena, mendalam dan menyeluruh dari permasalahan yang diangkat, gunakan pendekatan berpikir induktif-deduktif (khusus ke umum) atau deduktif-induktif (umum ke khusus). Gunakan berbagai pendekatan berpikir kreatif untuk mendapatkan solusi yang unik dan berbeda.

Selamat menulis !!!

di sampaikan oleh : Joni Lis Efendi melalui kelas OL